Part 44

3.6K 563 106
                                    

Renjun tak mampu berkonsentrasi dalam sisa jam-jam pelajaran selanjutnya. Ia yakin ada yang Hyunjin dan Jaemin sembunyikan. Sepanjang makan siang tadi, mereka terus saja mengelak bahwa itu hanya foto seseorang yang mirip dengannya, tapi Jaemin juga tidak mengizinkan Renjun melihat f­oto itu lagi. Mereka bahkan makan dengan kilat lalu buru-buru pamit ke kelas.

Ingatan tentang ucapan aneh Jeno juga kembali terngiang, membuat kepalanya mendadak pening.
"Ini ada apa sih sebenernya?" Akhirnya, begitu tiba di rumah dan Jeno berangkat kerja, Renjun membongkar-bongkar setiap sudut kamar orangtuanya yang jarang sekali ia masuki. Renjun tidak tahu persisnya benda apa yang ia cari. Yang jelas benda itu berhubungan dengan masa lalunya sebelum tragedi mengenaskan itu.

Namun, setelah satu jam membongkar lemari, meja rias,hingga bawah ranjang, Renjun tak kunjung menemukan benda yang berarti. Ia pun merebahkan tubuhnya yang berkeringat di lantai. Ia mengatur napas seraya menatap langit-langit kamar yang temaram.

Kamar itu tidak dihuni, membuat ia dan Elgo lupa mengganti lampu kamar orangtuanya.
"Sekeras apa pun dicari, walau di depan mata, nggak akan ketemu kalau memang bukan kehendak Tuhan. Sekecil apa
pun, walau di tempat terpencil, bakal terlihat kalau memang kehendak Tuhan." Renjun tersenyum mengingat wejangan mamanya. Ia pun mengangguk mantap.

"Emang mungkin sebaiknya gue nggak tau." simpulnya seraya melompat ber-
diri. Namun, ekor matanya mendadak menangkap kilatan benda di balik kaki meja rias Mama. Renjun cepat-cepat menarik meja itu dan mengulurkan
tangan ke dalam. Betapa terkejutnya ia saat menyadari benda apa itu.Ponsel lama Jeno! Mata Renjun berbinar dan senyumnya merekah lebar. Ini akan jadi kejutan manis untuk kakaknya sepulang kerja nanti.

Renjun pun buru-buru keluar dari sana dan membersihkan ponsel itu. Renjun pun meng-charge HP silver itu sebelum mengerjakan tugasnya beres-beres rumah.

.
.
.
.
.
.
.

Begitu sore tiba dan baterai ponsel itu penuh, Renjun mencoba menyalakannya. Ia tersenyum jail lantaran ponsel itu
tidak di-password. Iseng-iseng Renjun mencoba membuka galeri. Dan ia tersenyum rindu mendapati galeri itu bagai album foto keluarga mereka.

Kebanyakan berisi foto-foto mereka berempat dari masa ke masa. Renjun mendengus menyadari banyak foto-foto masa kecilnya di sana, bahkan foto-foto candid.

"Lo emang orang paling munaik yang pernah gue kenal, Jen," keluhnya seraya
meninggalkan galeri. Tangannya kini beralih pada itur pesan. Renjun sudah
lama penasaran apakah Jeno benar-benar tidak pernah mendekati perempuan. Tetapi, saat Renjun membuka satu per satu barisan nomor yang tak disimpan Jeno dalam phone
book yang tampak memenuhi inbox, senyum di bibir Renjun perlahan lenyap.

Ekspresinya berubah kaku. Pesan-pesan itu, terutama dari sebuah nomor yang selalu membicarakan Renjun. Kalimat balasan Jeno terasa dingin, bertolak belakang dengan pemllik nomor asing itu yang tampak memohon. Renjun membeliak saat menyadari apa yang mereka bicarakan. Sepertinya Renjun mengenali tiga digit terakhir nomor itu.

Lantas dengan panik Renjun mencari ponselnya. Renjun mencoba mengecek, dan benar saja, ia menemukan nama
pemilik nomor itu. Tubuh Renjun gemetar hebat. Ia membuka video di ponsel lama Jeno dengan berdebar membuka rekaman terakhir. Di dalam rekaman itu terdengar suara familier si pemilik nomor asing di ponsel Jeno.

Memang, Tante yang menculik Injun, tapi dia kan
anak kandung Tante, jadi...

Rekaman itu belum selesai diputar, tetapi dua ponsel di tangan Renjun langsung jatuh ke lantai.

.
.
.
.
.
.
.

Jeno memasuki pintu dapur Kafe Cokelat dengan tergesa-gesa. Undangan dadakan yang diterimanya sore ini membuatnya terpaksa izin bekerja. Begitu sampai, dia langsung mengetuk pintu ruangan Tante Baekhyun. Tak disangka, Hyunjin dan Jaemin sudah menunggu di dalam. Sebenarnya Jeno berencana mengundang mereka bertiga untuk bertemu akhir minggu ini. Namun Tante Baekhyun mengusulkan dipercepat karena Renjun akan memulai part time job­nya di Kafe C­okelat akhir minggu―meski Jeno sudah berencana melarangnya nanti.

NeoCulturans || NoRenMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang