"Lo sama Jeno..... Pacaran?"
.
.
.
.
.
.
."Nggaklah!" tepis Renjun cepat. Jaemin sampai refleks menoleh. Hyunjin juga langsung menoleh kembali kebelakang.
"Sepupu?" Jaemin ikut menebak seraya melambatkan laju mobil saat lampu lalu lintas didepan berubah merah. Cowok itu mengembuskan napas lega, lalu kembali menoleh kebelakang.
Renjun menggeleng mantap. "Bukan juga. Dia bukan pacar gue, sepupu gue apalagi tunangan gue."
"Oh, jadi dia bokap lo?"
Tawa Renjun nyaris meledak mendengarnya, apalagi Jaemin mengatakan kalimat itu dengan mimik datar. Hyunjin ikut tertawa lepas.Jaemin kemudian mengembalikan fokusnya kejalan seraya mengerang lirih. Lagi-lagi dia hanya bisa menatap Renjun dari spion tengah.
"Lupain aja pertanyaan gue. Maaf kalau gue ngelanggar privasi lo, Njun."Seketika Renjun merasa irama napas dan aliran darahnya kembali lancar setelah mendengar kalimat itu. Ia mengangguk pelan dan mencoba tersenyum kepada Hyunjin.
"kalau gitu giliran gue," ganti Jaemin yang bicara. "Ada pertanyaan gue yang belum lo jawab." Nada bicaranya memang tidak Setengang tadi, tapi tetap terasa kaku. "Apa nama lengkap lo?"
Senyum Renjun lenyap tak bersisa. Renjun paling benci pertanyaan ini! hampir semua pembahasan seputar nama panjangnya kelewat sulit ia jawab tanpa kebohongan. entah itu kebohongan kecil atau kebohongan mutlak. memang benar hingga kini ia dapat membohongi teman-teman SMP maupun kawan-kawan LOS-nya kemarin dengan mengatakan bahwa kesamaan nama mereka hanyalah kebetulan. Namun, ia tak takut trik ini akan manjur pada dua seniornya itu.
Untung saja tatapannya tiba-tiba jatuh pada jam tangannya. ia terbelalak kaget. "Eh, lima menit lagi bel! kak Jaemin bisa tolong agak cepet? Kita udah mau sampai sekolahkan?"
Jaemin sudah menduga kalau Renjun akan mengalihkan topik. Akhirnya, setelah menatap Hyunjin sekilas, Jaemin memacu kecepatan mobil. Tampaknya ia harus mencari tahu sendiri jawabannya.
"Kak, bisakan gue diturunin dekat halte sekolah aja?" Hyunjin kontan menoleh. kecurigaannya kembali muncul. "waktunya terlalu mepet, Njun. jarak halte kesekolah itu satu kilometer. Minimal lo butuh sepuluh menit. itu kalau lo lari. Lo pasti telat, Njun. percuma nebeng kalau akhirnya telat juga".
" Tapi--"
"Apa yang buat lo khawatir?" tanya Jaemin, intonasinya sedikit menajam. "Jeno? bukannya lo gak ada hubungan apa-apa sama dia?"
Renjun semakin memucat. Apalagi mobil yang ia tumpangi itu telah melewati gerbang sekolah. entah karena mewahnya kendaraan itu, atau karena siswa-siswi telah mengenali pengemudinya. semua sorot kagum tertuju mada mobil Jaemin. bahkan hingga kendaraan itu itu telah terparkir di halaman depan, tatapan mereka masih mengikuti seolah menanti sangat pengemudi muncul."Rame banget," Renjun bergumam cemas. ia mengamati area depan sekolah dari balik kaca mobil. "kalau gye turun bareng kalian, gue masih bisa pulang utuh gak ya?"
Jaemin dan Hyunjin kontan tertawa, geli mendengar pertanyaan konyol itu.
"Kalau lo pulang nggak utuh, mereka juga nggak akan utuh," tugas Jaemin sembari mengulurkan tangan kebelakang untuk meraih ranselnya.
Renjun baru sadar, nuansa biru tak hanya mendominasi body mobil ini, tapi juga ditubuh pemiliknya. selain tasnya, cowok yang rambutnya mulai gondrong itu juga menggunakan jam tangan biru navy dan handband biru, serta jaket berwarna senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
NeoCulturans || NoRenMin (END)
Ficção Adolescente" Pertama, nggak ada yang boleh tau tentang hubungan kita. Kedua, jangan ajak gue ngobrol disekolah. Dan ketiga, terserah lo mau berteman sama siapa aja di sekolah. Asalkan.... dia bukan anak IIS. " ~Jeno~ - Lokal - School and Family - Bromance - No...