. P R O L O G .

2.3K 100 50
                                    


Part 01

Di sinilah ia sekarang. Dengan berjuta pertahanan agar tak kemari, namun pada akhirnya tak ada yang bisa dilakukannya selain ikut kembali. Ke sebuah bangunan yang biasa di sebut 'rumah'.

Lucu rasanya tatkala engkau merasa bak orang asing di dalam rumah. Ruang yang menjadi tempat pertama kali kau melakukan semuanya, tumbuh, dan mengenal benda-benda.

Alcialuna Kinely Narcisa. Anak ketiga dari tiga bersaudara itu mulai melangkahkan kaki, menelusuri rumah yang tak hanya menjadi tempatnya tuk berlindung, tapi juga membendung beberapa hal.

Satu persatu anak tangga di lalui Luna untuk sampai di lantai dasar bangunan yang tak bisa dikatakan sederhana itu. Setibanya di lantai utama, pemandangan hangat yang sudah jarang sekali Luna lihat terpampang jelas di hadapannya.

Ayah, Ibu dan Kakak laki-lakinya sedang menyantap sarapan mereka. Sadar akan ketibaan sang anak, Ranty--Ibu Luna. Mulai berjalan kearah Luna, dan mengajak Luna untuk ikut bergabung bersama anggota keluarga lain.

Luna membalas senyuman khas Ranty dengan senyum canggung, perasaan yang tak seharusnya ada itu semakin menjadi-jadi saat Luna mengetahui bahwa tepat di sebelah tempat duduknya terdapat sang Kakak.

Hal pertama yang di lakukan Luna adalah memenangkan dirinya sendiri, berusaha mati-matian meredahkan rasa takut di dalam dirinya. Dan saat dirasa sudah lumayan tenang, barulah Luna bisa menyantap sarapan yang sebelumnya sudah disiapkan oleh sang Ibu.

"Luna sudah mulai masuk sekolah kan hari ini?" tanya Ranty memecahkan keheningan antar ia dan anak perempuannya.

"Iya Ma," jawab Luna seadanya.

Ranty tersenyum. "Marvel, nanti Luna tolong diantar sampai ke kelas ya nak." Tutur Ranty yang hanya di balas anggukan kepala oleh anak laki-lakinya.

Beberapa detik berlalu, nyatanya begitu sulit untuk Ranty menciptakan rasa hangat lewat suara, tapi tak apa yang terpenting ia sudah berusaha dan Luna juga sudah kembali tinggal bersama nya.

Setelah selesai sarapan, Marvel dan Luna pamit kepada kedua orang tua mereka, untuk berangkat sekolah bersama.

"Marvel sama Luna berangkat dulu ya Ma, Pa. Assalammualaikum," salam Marvel dan Luna bersamaan, sembari menyalim tangan kedua orang tua mereka bergantian.

"Waalaikumsaalam."


* ° * ° *

Dalam perjalanan, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut Luna maupun Marvel. Keheningan lagi-lagi menyelimuti dua saudara kandung tersebut.

Tak lama, mobil yang dikendarai Marvel berhenti tepat di tempat parkiran sekolah. Marvel keluar lebih dulu dari dalam mobilnya, diikuti oleh Luna yang keluar setelah ia.

Luna meremas tali tas ransel yang dikenakannya, dalam diam membatin. Sepertinya pagi ini ia akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menemukan kelasnya sorang diri.

Akan tetapi, saat Luna hendak melangkahkan kaki untuk mencari letak kelas, suara yang di rindui namun juga di hindari Luna kembali menyapa indera pendengarannya, setelah sekian lama.

"Ikutin gue," ketus Marvel tak menunggu jawaban apapun dan langsung melanjutkan langkah.

Luna mulai menuruti sembari menundukkan kepalanya, hingga tanpa di sengaja kepalanya terbentur punggung Marvel yang semula menuntun arah.

Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang