36

230 24 0
                                    


Dalam perjalanan pulang, Luna melewati sebuah jalanan panjang yang lumayan sepi. Perasaan sedikit terguncang tatkala mengingat kejadian tak mengenakan yang pernah menimpanya beberapa waktu lalu.

Luna memelankan laju mobilnya saat melihat segerombolan anak-anak muda yang berada di penghujung jalanan. Siapapun mereka, Luna berharap agar tidak menggangu ketenangannya dan para pengendara lain yang melalui jalan ini.

Rem di pijak Luna dengan sangat mendadak, semua itu terjadi karena ia melihat Marvel yang terdapat di tengah-tengah segerombolan orang-orang yang Luna curigai bukanlah orang baik-baik.

Kecurigaan Luna memang tak salah, dapat ia tebak saat ini Marvel beserta teman-temannya yang tak benar sedangkan melangsungkan balapan liar.

Rasa takutnya hilang ntah kemana, bergegas Luna berjalan keluar rumah.   Mendekati segerombolan penonton dan balapan liar tersebut.

"Kak Marvel jangan Kak. Jangan balapan Kak, bahaya!" Pekik Luna dari barisan penonton sebelah kanan.

Marvel yang dapat mendengar jelas larangan dari Luna, hanya diam saja. Bersikap tak peduli, dan seolah tak mengenali adiknya itu.

Luna tak menyerah, walau ia tau Marvel sengaja mengabaikan nya. Ia terus memanggil-manggil, dan terus meminta Marvel untuk tidak melanjutkan aksinya.

Sementara Marvel mengabaikan dan menganggap Luna tak ada, lain pula dengan para teman Marvel yang sepertinya kesal dengan tingkah Luna.

Beberapa teman Marvel berjalan mendekati Luna yang tak kenal lelah meneriaki Marvel.

"Heh lo apaan sih! berisik tau ngak, mending lo pergi sekarang!" Sergah salah seorang teman balapan Marvel yang tak Luna ketahui siapa namanya.

Luna tak membalas ucapan laki-laki tersebut, ia masih saja melancarkan aksinya yang menuai ketidak sukakaan orang-orang di sana.

"Gue ngak mau nyakitin lo ya, jadi mending lo pergi sekarang dari pada entar lo nyesel," sambung laki-laki lain.

"Ngak mau, ngak akan pernah Luna biarin Kak Marvel balapan. Gak baik, dan dia bisa kenapa-napa," jawab Luna.

"Bacot banget sih lo. Kalau emang mau nonton ya nonton aja, ngak usah berisik. Lagian taruhan malam ini gede, kalau Marvel menang kita bisa minum-minum sampai puas," terang Galang, hanya Galang yang Luna kenali.

"Kita yakin Marvel pasti menang, lo ngak perlu berisik, ntar kalau menang lo juga gue ajak minum. Jadi penurut ya cantik," sambung Galang membuat Luna was-was kepadanya.

"Enggak, Luna ngak mau. Minum-minum itu ngak baik," balas Luna.

Luna mencoba menjauh dari laki-laki yang mengerikan itu, mencoba membelah keramaian penonton agar bisa mendekat ke tempat Marvel.

Dan ia berhasil, dengan cepat ia menghampiri Marvel. Tetapi tinggal beberapa langkah lagi saja, lengannya malah di tahan oleh salah seorang lelaki yang ia hindari.

Luna meringis kesakitan, cekalan itu terlampau kuat. "Shh sakit, lepas," rintih Luna berusaha melepaskan cekalan tersebut.

Walau tak membuahkan hasil, Luna tetap terus mencoba melepaskan cekalan yang begitu menyakitkan itu. Walau berkahir percuma, karena tenaga laki-laki tersebut jauh lebih kuat.

Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang