Di usap Luna peluh yang membasahi dahinya, setelah 30 menit lebih ia habiskan tuk berlari-lari kecil di taman, Luna memutuskan untuk mengistirahatkan diri.Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Luna, membuat sang empunya sedikit memejamkan mata. Taman cukup sepi hari ini, Luna bahkan tak menemukan orang lain selain dirinya.
Luna bangkit dari duduknya, mulai melangkahkan kaki menjauh dari taman, berpindah tempat menuju sebuah mini market yang letaknya tak begitu jauh.
Beberapa jenis minuman di dalam lemari es itu sukses mencuri waktunya, pilihan yang sulit bukan? Semuanya tampak menarik untuk di coba.
Dan pada akhirnya pilihan jatuh kepada sekotak susu coklat low fat, dirasa hanya membutuhkan itu Luna melanjutkan langkah menuju kasir.
"Totalnya 15 ribu kak," ucap sang kasir.
Luna menampilkan seulas senyuman, seperti meng-iyakan sembari merogoh saku dari hoodie yang ia kenakan. Ia tidak menemukan apapun di sana, Luna mencoba meraba saku satunya lagi, dan ya tidak ada selembar uang pun di sana.
Dengan senyuman kikuk luna berkata, "Kak Maaf, gak jadi. Uang saya jatuh kayaknya, sekali lagi maaf ya Kak."
Dengan cepat Luna meninggalkan mini market tersebut setelah mendapati wajah sang kasir yang kecut, ah malu sekali Luna.
Luna menggerutu kesal, ia ingat sebelum pergi berolahraga tadi ia sempat menyelipkan beberapa lembar uang di saku nya. Ah pasti jatuh saat ia berlari tadi, dasar Luna.
Luna terus melangkah kaki menuju rumah, jaraknya tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh pula. Tak masalah, Luna suka berjalan kaki, selain karena diperlukan untuk kesehatannya. Luna juga suka berjalan kaki karena ia bisa menikmati keindahan sekitarnya.
"Tunggu," celetuk seseorang dari arah belakang, membuat Luna menghentikan langkahnya.
Luna membalikkan badan tuk melihat orang itu, ia yakin betul laki-laki yang tak ia kenali ini memerintah Luna. Sebab hanya Luna sendiri yang berada di jalanan ini.
Laki-laki itu berjalan mendekat, berhenti saat ia sudah tiba tepat di hadapan Luna. Luna mendongakkan wajahnya tuk melihat wajah laki-laki tersebut, sangat tinggi pikirnya.
"Ya?" Jawab Luna seadanya.
Tanpa menjawab, laki-laki itu langsung menyodorkan sekotak susu coklat ke hadapan Luna.
Luna masih tak mengerti, ia menaikkan satu alisnya. Meminta penjelasan dari orang asing yang terlampau tinggi tersebut.
"Tadi mau beli ini kan? yauda nih. Tadi gue ngantri di belakang lo," jelas laki-laki itu akhirnya.
Luna menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia kembali diterpa rasa malu. "Eum yaa, harusnya gak usah repot-repot. Tapi terimakasih ya," Luna merasa tak enak sekarang, diambilnya minuman itu dengan ragu.
"Hm, sama-sama. Mau ke mana emang?" Tanya laki-laki itu.
"Pulang," jawab Luna.
"Oo rumahnya di dekat sini juga?" Lelaki itu memastikan.
"Iya, gak jauh dari sini sih. Kenapa?" balas Luna balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...