Langit malam menjadi objek yang mungkin akan lama Luna pandangi malam ini. Sore tadi, sekitar jam setengah enam, Marvel izin untuk pergi keluar.
Luna jadi kepikiran sendiri dengan kakak laki-lakinya itu, memang tak ada perubahan yang begitu drastis. Hanya saja, rasa-rasanya seperti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Marvel itu adalah sesuatu yang baik buat nya dan Marvel. Luna kembali meneruskan langkahnya mendekati gerbang rumah, lalu membuka gerbang tersebut.
Berlama-lama di dalam rumah seorang diri membuat Luna sedikit takut, bukan pada hantu atau apalah itu. Namun ingatannya tentang masa lalu, membuat Luna tak tenang.
Jadilah saat ini ia memutuskan untuk berkeliling sekitar perumahan saja, mana tau setelahnya Marvel pulang, kan.
Kalau Bryan, sebenarnya bisa saja Luna menghubungi laki-laki itu. Hanya saja karena rasa tak enak dan tak mau merepotkan Bryan, membuat Luna mengurungkan niat nya.
"Luna!" seru seseorang membuat Luna langsung membalikan badan, menatap orang itu.
"Eh Alka, hai," sahut Luna saat mendapati Alka di hadapannya.
"Mau ke mana lo malem-malem gini?" tanya Alka tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Gak mau kemana-mana sih, cuma mau keliling perumahan ini doang. Habis itu balik lagi deh ke rumah," tutur Luna.
"Tumben keluar malem," ujar Alka.
"Bosen aja sendirian di rumah, soalnya Kak Marvel lagi keluar. Alka sendiri, mau ke mana?" tanya Luna balik.
"Gak mau ke mana-mana sih. Oh ya dari pada lo kelilingnya sendirian, mending gue temenin. Gimana, mau?" tawar Alka yang di balas anggukan setuju oleh Luna.
Kedua remaja itu pun berjalan beriringan, menyusuri jalan yang di selimuti gelap malam.
Di sepanjang perjalanan nya Luna terkesima dengan beberapa bunga hias yang sedang bermekaran, dan beberapa tempat yang di hiasi lampu jalan.
Di dekat taman perumahan Luna dan Alka terdapat sebuah tenda mini, yang di dalam terdapat orang yang tengah berjualan beberapa aksesoris.
Luna yang tertarik dengan tempat tersebut langsung saja berjalan mendekati tenda itu, melihat-lihat beberapa pretelan mini yang menarik di matanya.
Setelah memilah-milih, Luna memutuskan untuk membeli dua ikat rambut yang memiliki mainan yang berbeda. Yang punya Luna bermainankan kelinci, sementara yang satunya lagi bermainankan singa.
Luna menjulurkan tangannya yang berisi satu ikat rambut lagi ke arah Alka. Alka menaikkan satu alisnya, bertanya.
"Buat Alka," kata Luna mendapati decakan khas Alka.
"Gue gak pake begituan," sergah Alka melangkahkan kaki memasuki taman.
Sedangkan Luna, ia menarik kembali uluran tangannya. Lalu mengikuti Alka dari belakang.
Luna ikut duduk di pinggir kolam ikan yang berada di taman, yang di sebelahnya terdapat Alka yang datang lebih dulu.
"Apa susahnya sih nerima, walaupun gak di pake kan bisa buat kenang-kenangan," celetuk Luna yang masih tak menerima barang pemberian nya di tolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...