"Lain kali, lo harus lebih hati-hati," ucap Alka sembari membalutkan sebuah plaster di salah satu jari Luna yang terluka."Iya," jawab Luna.
Alka tak sengaja melihat jari Luna yang terluka lumayan dalam, dan hanya di biarkan begitu saja oleh Luna. Tanpa pikir panjang Alka pun menepihkan motornya di sebuah apotek untuk membeli plaster.
Alka terdiam sejenak, sedang menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dan disembunyikan oleh perempuan di hadapannya.
Kemarin malam tiba-tiba saja ia menangis usai memberikan beberapa makanan yang katanya di masak oleh nya sendiri. Dan pagi ini, jarinya terluka. Di tambah lagi beberapa waktu belakangan ini Alka jarang melihat Luna bersama dengan Marvel, Kakak laki-lakinya.
Apa mungkin kunci dari permasalahan yang selama ini mengusik Luna, adalah Marvel?
Tapi mana mungkin. Maksudnya, Abang mana di atas dunia ini yang tega membuat adiknya susah, bahkan sampai terluka seperti sekarang.
"Lo ..."
Luna pun menatap Alka yang sedari tadi memperhatikannya, dengan pandangan antusias menunggu Kalimat yang hendak di ucapkan Alka.
"Lo sibuk ngak ntar malem?" sambung Alka membuat Luna terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.
"Enggak sih, emang kenapa?" balas Luna balik bertanya.
"Bisa bantuin gue ngerjain tugas Biologi?" tambah Alka.
"Bisa, di mana?" jawab Luna.
"Rumah lo, boleh?" lagi-lagi Alka melayangkan pertanyaan.
"Boleh aja, tapi kenapa enggak di rumah Alka aja?" ujar Luna membuat Alka terdiam, memikirkan jawabannya.
"Ya, kan biasanya lo yang dateng ke rumah gue. Kali-kali gue yang dateng ke rumah lo, bolehkan?" tutur Alka.
Luna mengangguk-angguk kan kepalanya setuju. "Ayo aja."
Alka kemudian tersenyum, seraya mengacak gemas pucuk kepala Luna. Ia selalu saja melakukan itu, walaupun ia tau setelahnya Luna akan mengerutu.
* ° * ° * °
Pandangan Alka sedikit pun tak lepas dari perempuan yang ada di hadapannya saat ini, perempuan yang sejak tadi sibuk menerangkan beberapa bahasa latin itu tak menyadari bahwa sedari tadi penjelasan nya tak berarti.
"Cantik," ucap Alka tanpa sadar.
Luna menjeda penjelasannya saat mendengar ucapan Alka, di liriknya buku dalam genggaman. Lalu mengangguk kan kepala setuju akan ucapan Alka.
"Ya emang cantik dong kupu-kupunya, proses emang ngak pernah mengkhianati hasil Ka," ujar Luna salah kira.
Alka tersadar, lalu kemudian merutuki durinya sendiri. Untung saja Luna tak menyadari bahwa maksud Alka, adalah dirinya sendiri.
"Lun, toilet di mana?" selah Alka mengalihkan.
"Dilantai atas, sebelah kiri," jawab Luna sembari menunjukkan dimana toilet terletak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...