"Apa, pulang sama temen? temennya pasti cowok ya?" tebak seseorang yang wajahnya tertampil jelas di laptop.Luna terkekeh geli, melihat perubahan mimik wajah orang itu. "iya, gak apa-apa kan?" balas Luna.
Orang itu mendengus. "Ya ngak apa-apa sih, cuma jangan sering-sering," ujarnya.
"Kenapa gitu?" tanya Luna mulai bingung dengan pembicaraan mereka.
"Ntar kamu suka sama dia," celetuk Bryan membuat Luna semakin gencar menertawai nya.
"Mana mungkin, Luna kan sukanya sama Kak Bryan. Mana bisa beralih secepat itu ke orang lain," ujar Luna membuat Bryan tersenyum bahagia.
"Ck kamu nih. Besok-besok aku sempetin antar jemput kamu lagi deh, gak ikhlas aku kamu balik sama laki-laki lain," sambung Bryan.
"Gausalah, fokus belajar aja. Ngak kerasa bentar lagi Kak Bryan lulus SMA, jadi gak usah mikirin hal-hal yang gak penting. Kayak soal Luna balik sama siapa, lagian Luna bisa berangkat dan pulang sambil bawa mobil sendiri kok," jelas Luna tak mau kekhawatiran Bryan berkepanjangan.
"Iya deh iya," balas Bryan.
Semenjak sibuk dengan dunia persekolahan dan harapan agar bisa lanjut ke universitas yang bagus, Luna dan Bryan terus berhubungan walau harus berjarak.
Bryan dan Luna membicarakan banyak hal, hinga suasana antar keduanya berubah tatkala Bryan mengajukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan beberapa saat untuk Luna jawab.
"Marvel lagi apa Lun?" tanya Bryan membuat Luna bungkam sesat.
"Udah tidur," jawab Luna jelas berbohong.
"Gak ketawa tu jam dinding kalau Marvel tidur jam segini?" balas Bryan malah meledek, sementara Luna hanya merespon dengan tawa.
"Udah malem nih, mending Kak Bryan istirahat. Pasti capek belajar mulu, semangat ya sayangnya aku," tutur Luna malu-malu.
"Ulang dong, gak kedengaran," protes Bryan membuat Luna bersemu.
"Ah udalah, byeee!"
Luna melangkahkan kaki mendekati anak tangga, menunggu ketibaan orang yang selalu pulang malam beberapa hari belakangan ini menaiki tangga.
"Kemana aja Kak, seharian," ucap Luna memulai pembicaraan.
"Jalan bareng Ira," balas Marvel cepat.
Luna terdiam sejenak, lalu mencoba menetralkan mimik wajah serta intonasi suaranya. "Soal malam kemarin, waktu Kak Ardika nganter Kak Marvel balik ke rumah, kalian udah temenan lagi ya?" tanya Luna dengan beberapa jeda.
"Iya," jawab Marvel singkat.
"T-tapikan Ayah bilang--"
"Ayah gak di sini, dan selama ngak ada yang ngasih tau ke Ayah, semuanya bakal baik-baik aja," sela Marvel seolah menyindir Luna.
"Ya iya, cumakan Kak Ardika itu kebiasaan nya ngak baik. Dia suka minum--"
"Minum-minum?" lagi Marvel kembali mendahului perkataan Luna.
Luna mengangguk pelan.
"Ardika udah beda, gak kayak dulu lagi. Kamu tenang aja, dan ngak usah pikirin hal yang ngak seharusnya ada di pikiran kamu. Udah ya, Kak Marvel capek," jelas Marvel memasuki kamarnya tanpa mendengarkan jawaban dari Luna terlebih dahulu.
Luna hanya mampu bungkam, dari tempatnya berdiri di perhatikan Luna pintu kamar Marvel yang tertutup rapat. Rasa takut kembali menghantui Luna.
* ° * ° *
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...