Luna membuka matanya perlahan, kepalanya terasa begitu sakit, begitu juga dengan beberapa bagian tubuhnya yang terdapat luka goresan.
Ia memperhatikan sekitar, dan mengetahui bahwa kini ia berada di rumah sakit. Luna hendak beranjak dari ranjangnya dan mencari keberadaan Gara.
Di kesampingkan Luna rasa sakitnya, dan mulai mencoba untuk melangkahkan kaki. Namun langkahnya terhentinya tatkala sebuah suara menyapa indera pendengaran nya.
"Mau ke mana Luna," sapa orang itu.
"Ke ruangan Kak Gara," jawab Luna.
"Tapi kondisi kamu belum pulih, dan apa kamu ngak mau tau penyakit apa yang kamu idap?" ucap orang itu seketika menghentikan langkah Luna yang baru beberapa.
"Kondisi Luna ngak penting, keadaan Kak Gara yang lebih penting," sela Luna.
Isqi terpaksa menahan pergelangan tangan Luna, agar sang empunya nama itu bisa tenang dan mendengarkan penjelasannya.
"Kak Isqi tau, mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk ngasih tau ini ke kamu. Tapi ini penting, dan harus cepat di tindak lanjuti," jelas Isqi begitu serius.
"Emang kenapa Kak, Luna kenapa?" tanya Luna mengalah dan mulai mendengarkan perkataan yang selanjutnya terjun dari mulut isqi.
"Kamu mengidap penyakit leukimia," ujar Isqi membuat Luna bungkam.
Nyatanya Gara benar, kekhawatiran Gara terhadap Luna malam tadi, seolah Gara tau ada sesuatu yang tak seharusnya terjadi di diri Luna.
"Kita harus bertindak cepat Luna, kamu harus melaku--"
"Enggak Kak, Luna ngak mau. Kak Gara pasti semakin khawatir kalau di tau tentang ini, tolong rahasiakan semuanya. Sekarang Luna cuma mau ketemu Kak Gara," ucap Luna lagi-lagi hendak melangkahkan kaki menjauh.
"Luna," lirih Isqi perlhan, dengan pandangan kosong ke depan.
"Kenapa kak?" tanya Luna merasa ada sesuatu yang tak ia ketahui.
"Gara, Gara meninggal dunia. Dia kehilangan banyak darah, yang sabar ya Luna," sambung Isqi.
Luna kehilangan keseimbangan, tubuhnya menyentuh lantai yang begitu dingin, dengan matanya memanas, air yang tersimpan di dalamnya siap terjun kapan saja.
Dunia begitu tega, mempertemukan Luna dengan kenyataan-kenyataan yang tak bisa ia terima dengan mudah, bagaimana bisa ia menerima dua kabar duka yang memporak-porandakan hidupnya.
"Ngak mungkin, kemarin Luna masih bisa bicara sama Kak Gaga, ngak mungkin hiks. Kak Isqi bercanda kan? Iyakan Kak?!" pekik Luna sembari menangis sejadi-jadinya.
Isqi tak mengucapkan sepatah kata pun, di tariknya tubuh rapuh itu kedalam pelukannya. Mencoba menenangkan Luna dengan mengelusi punggungnya.
Isqi bisa melihat sehancur apa Luna saat ini, ia tau seberapa dekat Luna dengan Gara, dan Isqi juga mengetahui masalah apa yang membuat Luna begitu sedih mendengar kabar kematian Gara.
° * ° * ° *
Rumah sederhana bitu kini di penuhi banyak orang yang datang dengan mengenakan pakaian serba hitam, dengan bendera merah yang terdapat di pagar rumah. Bisa di simpulkan bahwa keluarga itu tengah berduka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...