Luna terus memperhatikan lapangan basket dari koridor di depan kelasnya. Marvel yang sejak tadi sibuk bergelut dengan bola basket.Tak bisa di lupakan Luna apa yang telah dilakukan Marvel padanya kemarin malam, walau kelakuan Marvel kembali berubah saat pagi datang.
Karena perhatian Marvel kepadanya pada malam itu membuat Luna kembali menyakinkan diri sendiri, bahwa perubahan sikap Marvel hanya bersifat sementara saja.
Luna percaya Marvel akan kembali menjadi baik, dan peduli terhadap dirinya. Luna akan terus melanjutkan usahanya sampai maafnya di terima, lalu hidup bahagia bersama Marvel.
Ya sangat mudah saat membayangkan nya, semoga juga akan semudah itu untuk mewujudkan nya.
"Lun, lo jadi ikutan?" tanya Alka.
"Jadi dong, kan Luna udah janji mau nemenin Alka. Yuk," balas Luna jalan lebih dulu.
Tanpa sepengetahuan Luna, seulas senyum hadir di bibir Alka. Seperti biasa, alasan terciptanya masih Luna. Sepertinya Alka akan semakin mencintai basket, karena setiap kali latihan ia di temani oleh orang yang diam-diam ia sukai.
Sesampainya di lantai dasar sekolah, Alka baru sadar dengan keanehan Luna. Langkah kakinya tidak seperti biasa, sepertinya salah satu kaki perempuan itu cedera.
Alka menahan bahu Luna, membuat sang empunya tubuh membalikkan badan menatap ke arahnya. "Ada apa Alka?" tanya Luna sedikit bingung.
"Kaki lo sakit ya? lo kelihatan susah melangkahkan. Kalau emang bener, mending lo gue anter balik ya, biar gue latihannya sendiri aja." sambung Alka mendapati gelengan tidak setuju oleh Luna.
"Ngak apa-apa kok, cuma luka kecil. Alka di luan aja ke parkiran nya, Luna mau izin dulu sama Kak Marvel," ujar Luna langsung beranjak pergi ke arah Marvel.
Dan bukanya menuruti perkataan Luna, Alka masih saja setia di tempatnya. Memperhatikan interaksi antar adik dan kakak.
Kehadiran Luna di tengah-tengah lapangan membuat Marvel menghentikan aktivitasnya sejenak, menoleh sebentar ke arahnya, lalu melanjutkan kembali aktivitas yang sempat tertunda.
"Mau apa lo?" tandas Marvel tanpa melihat ke arah Luna.
"Luna mau izin pulang telat Kak, mau nemenin Alka latihan. Boleh kan?" tanyanya, antusias menunggu jawaban Marvel.
Senyuman yang tadi mengembang, kini menghilang setelah mendengar jawaban yang di lontarkan oleh Marvel. "Pergi aja kali, ngak perlu izin. Mau lo ngak balik sekalipun gue ngak perduli."
"Udah sana pergi!" sarkas Marvel tak mau berlama-lama melihat wajah menyedihkan Luna.
"I-iya Kak, maaf kalau ganggu." tutur Luna lalu berjalan menjauh.
Ia tahu tak akan mudah, namun Luna juga bukan orang yang gampang menyerah. Ia harus bisa, walau harus memakan waktu yang cukup lama.
* ° * ° * °
"Lo ngapain aja Lun, sampai bisa luka begini?" ujar Alka sembari memperhatikan kedua lutut Luna yang terluka.
"Ngak ngapa-ngapain," jawab Luna asal.
"Kalau lo enggak ngapa-ngapain ya ngak mungkin sampai luka kayak begini dong," tandas Alka sedikit kesal dengan respon Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Ficção AdolescenteSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...