Tangan perempuan tersebut di hempaskan dengan kasar, membuat sang empunya melihat pelaku yang membuat ia terkejut plus semakin kesal.Namun bukannya bersuara dan meluapkan amarahnya, perempuan itu malah bungkam. Melihat yang berada di dekatnya kini adalah Alka.
Alka melirik perempuan itu sinis, sorot matanya pun menunjukkan ketidak sukaan ia kepada perempuan di depannya ini.
"Gue yang ngasih coklat dan surat dari kalian ke Luna. Gue gak suka coklat, apalagi puisi cinta, enek!" ujar Alka membuat salah satu dari segerombolan perempuan itu memasang raut wajah tak suka kepada Luna.
"Ya gak bisa gitu dong, kita-kitakan ngasih itu buat kamu kenapa malah di kasih ke dia sih," protes perempuan yang menatap Luna tak suka tadi.
"Cih bener-bener gak tau malu ya. Harusnya kalian berterimakasih sama Luna, karena kalau bukan karena dia yang mau nampung surat dan coklat dari kalian, pasti kalian bakal ngeliat surat dan coklat itu ada di tong sampah!" jawab Alka membuat perempuan itu tertohok.
"Jangan pernah sentuh Luna, karena lo semua bakal kena akibatnya. Nih barang-barang kalian, gue gak butuh!" sambung Alka sembari melemparkan setumpukan surat-surat serta coklat ke hadapan para perempuan-perempuan yang membuatnya risih.
Sehingga kertas-kertas berhamburan di depan kelasnya, dan dengan santainya Alka meraih lengan Luna dan memasuki kelasnya dengan wajah datar.
Sementara Luna yang langkahnya di tuntun oleh Alka hanya diam, kejadian tadi masih terngiang di kepala. "Lo gak kenapa-napa kan? apa sebelum gue dateng lo udah di gangguin lebih dari yang tadi?" tanya Alka dengan nada suara yang jelas tak seperti tadi.
"Enggak kok, tadi sebelum Alka dateng mereka cuma bicara doang," jawab Luna menampilkan seulas senyuman.
"Hm, bagus deh," sahut Alka mulai memperhatikan Luna.
"Luna jadi gak enak sama mereka, kalau aja waktu itu Luna gak ngeiyain pasti gak bakal begini deh jadinya," tutur Luna menyesal.
"Lo gak salah kok, kalau aja lo gak ngeiyain dan buang suratnya ke tempat lain, pasti cewek-cewek gatel itu terus ngikutin gue dan ngintai gue ke mana-mana. Walaupun gak langsung berhenti ya setidaknya berkurang lah orang-orang kaya mereka," sanggah Alka, di balas anggukan oleh Luna.
"Makasih juga ya, kalau aja tadi Alka gak datang mungkin urusannya bisa lebih panjang," sambung Luna membalas tatapan Alka.
"Gak usah bilang makasih, mereka kayak begitu ke elo jugakan karena gue," timpal Alka.
"Iya-iya," balas Luna pada akhirnya.
Seulas senyuman itu muncul, Alka lalu mengacak-acak rambut Luna gemas. Sehingga sang empunya nya cemberut, akibat sebal.
* ° * ° *
"Luna!"
Perempuan yang merasa terpanggil tersebut sontak membalikkan posisinya menghadap belakang, Luna bisa melihat Alka yang tengah berjalan mendekat ke arahnya kini.
"Kenapa Alka?" ucap Luna setelah Alka berdiri tepat di hadapannya.
"Gue cuma mau nanya, lo besok ada waktu gak? gue mau lo bantuin gue besok," tutur Alka membuat kedua alis Luna menyatu, heran.
"Bantuin apa emang?" tanya Luna butuh penjelasan lebih.
"Besok juga lo tau. Berarti bisakan ya besok?" timpal Alka.
"Iya-iya," jawab Luna singkat namun sukses membuat nafas Alka tercekat, karena senyumnya.
Luna kemudian melanjutkan langkah yang sempat tertunda, meninggalkan Alka setelah ia mengucapkan kalimat selamat tinggal. Hingga langkah itu akhirnya terhenti di tempat parkir sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...