Luna menghela nafasnya gusar, sekeras apapun ia menolak, pada akhirnya tetap saja ia kalah telak setiap kali di minta untuk makan dan meminum obat-obatnya.Sudah terhitung 2 hari Luna di rawat, dan selama 2 hari itu pula tak ada sedikitpun ia menceritakan tentang apa yang sudah dilakukan Marvel kepadanya.
Saat ini Luna sedang berada di taman rumah sakit, ia ingin menghirup udara segar di luar ruang rawatnya. Melihat secara dekat tanaman-tanaman indah yang biasanya ia pandangi lewat jendela.
"Maaf ya Kak, beberapa janji yang pernah kita buat ngak bisa Luna tepati. Karena ada satu keinginan yang pengen banget Luna wujudkan sedari dulu, jauh sebelum kita buat janji." monolog Luna, masih dengan memperhatikan bunga-bunga indah di hadapannya.
Mengingat sang pemberi bunga tersebut membuat Luna di bebani berbagai macam rasa bersalah dan sedih. Entahlah soal benar tidaknya pilihan Luna, yang ia inginkan hanyalah kebahagiaan Kakaknya. Meski harus tanpa ia.
Seorang anak laki-laki datang dengan berlari, ia berjongkok tepat di samping kursi roda yang di tempati oleh Luna.
Luna diam, masih mengamati anak yang sepertinya seumuran dengan Abiyasa dan Dita. Luna melihat kemana sorot mata anak itu tertuju, tak jauh dari tempatnya Luna bisa melihat seorang perempuan yang bisa ditebak adalah sang pengasuh.
Karena apa yang ia cari tak kelihatan, perempuan tersebut kemudian berjalan menjauh. Mencari ketempat lain.
"Hai anak ganteng, nama kamu siapa?" sapa Luna ramah.
"Zyian," jawabnya.
"Oo Zyian, kenalin aku Luna," ucap Luna memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal Kak Luna," sahut anak Zyian masih dengan mengawasi sekitar.
"Kalau boleh tau, kenapa kamu ngumpet?" tanya Luna.
"Karena Bibi mau bawa aku pulang, aku ngak mau pulang. Males ketemu Bunda," jawabannya terdengar jengkel.
"Loh kok gitu?" sahut Luna menggali lebih dalam lagi.
"Soalnya Bunda jahat, dia ngelarang Zyian makan snack. Padahalkan Zyian suka, jadi karena Bunda ngelarang-larang sekalian aja Zyian ngak makan sama sekali," jelas Zyian dengan wajah polos.
Luna terkekeh sebentar, lucu sekali mendengar anak-anak yang jauh lebih muda darinya itu bercerita. Padahal sang Bunda bermaksud baik, agar anaknya tumbuh sehat. Tapi Zyian malah menyangkal kalau Bundanya jahat.
"Eum terus kamu sakit perut karena ngak makan apapun, makanya kamu sekarang ada di sini?" tebak Luna langsung di angguki Ziyan.
"Bunda tuh ngak jahat, justru karena Bunda sayang sama Ziyan lah makanya Bunda memilah milih makanan untuk kamu konsumsi. Coba aja kalau kamu masih makan snack terus-terusan pasti kamu ngak cuma sakit perut, tapi juga bisa terkena kelenjar dan penyakit lain."
"Ziyan pasti sayangkan sama Bunda, dan Bunda juga sayang Ziyan. Untuk itu Ziyan harus selalu dengarkan, dan ikuti apa yang Bunda bilang, karena apa yang Bunda kamu lakuin pasti berujung kebaikan untuk kamu,"
"Bunda pasti sedih saat tau kalau kamu sakit. Ziyan ngak boleh mogok makan lagi, supaya Bunda ngak sedih, oke?"
"Oke!" seru Ziyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Teen FictionSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...