Luna tak mau masa-masa yang begitu menyiksa jiwa serta raganya terulang kembali. Seberapa gelapnya dunia yang ia selami setelah kepergian Gara, dan di sudut kan oleh Marvel. Benar-benar tak mau Luna temui untuk kedua kalinya.Luna menggeleng-geleng kan kepala. Menyakinkan diri bahwa ia kuat, jauh lebih kuat di banding dugaannya. Ia tak boleh mengecewakan Gavin yang telah membantu penyembuhan Luna dalam berbulan-bulan lamanya.
Luna bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki menuju pintu, membukanya lalu berjalan perlahan menuju dapur.
Luna mengoreng beberapa potong nugget, setelah selesai Luna memberikan saus di atasnya, lalu siap di santap dengan nasi yang masih hangat. Selesai makan, ia langsung meminum obatnya.
Sebelum benar-benar kembali ke kamarnya, Luna menyempatkan diri untuk membersihkan beberapa bagian rumah yang di rasa berantakan.
Setelah di rasa rapih, ia kembali menaiki tangga dan memasuki kamar untuk membersihkan diri, kemudian mandi dan beristirahat dengan tidur beberapa saat.
Tak lama Luna pun terbangun, langit malam menjadi objek yang pertama kali di tangkap matanya. Luna sempat terkejut, karena tak menyadari telah berapa lama ia tertidur.
Luna beranjak dari ranjang, membasuh wajahnya sebentar. Lalu bergegas menuruni tangga, sekedar memastikan bahwa Marvel telah pulang.
Namun nihil, karena pintu utama rumahnya belum di kunci. Yang berartikan bahwa sang kakak belum juga kembali, entah di mana keberadaan nya kini. Namun yang pasti, Luna selalu cemas menunggu kedatangan nya tuk kembali.
Luna putuskan untuk memasak makanan untuk dirinya malam ini. Setelah selesai dan menyelesaikan acara makannya juga, Luna kembali meminum obat yang di konsumsi nya untuk sehari-hari.
Sepertinya Marvel akan kembali telat lagi. Luna putuskan untuk kembali ke kamarnya, mengistirahatkan diri agar siap menyambut esok pagi dengan penuh energi.
Namun sebelum ia benar-benar memasuki kamar, pintu rumah terbuka. Menampilkan Marvel yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya, hanya saja seragam itu tampak sedikit kusut dan tak lagi terkancing rapih seperti sebelumnya.
Luna tak langsung memasuki kamar, di tunggunya Marvel mengunci pintu dan menaiki anak tangga. Tepat setelah Marvel berada di dihadapannya. "Kak Marvel udah makan? mau Luna masakin sesuatu Kak?" tanya Luna ragu-ragu.
Namun bukannya menjawab, Marvel hanya diam. Dan dengan santainya berjalan melewati Luna begitu saja, seolah-olah tak ada yang berbicara dengannya.
Tapi kemudian Marvel membalas tatapan Luna, menatap adik perempuannya itu sangat datar. "Ngak usah sok perhatian, mending lo tidur. Gue capek." Kata Marvel lalu memasuki kamarnya.
Luna terdiam di tempat, berubahnya cara bicara Marvel membuat ia semakin takut akan perubahan selanjutnya. Sungguh walau Luna terus menyakinkan diri bahwa tak kan ada apa-apa, ia tetap tak bisa tenang dengan mudah.
* ° * ° *
Senyuman getir terpampang jelas di bibirnya, masih terlalu pagi untuk melihat pemandangan yang begitu mengiris perasaan.
Luna hanya bisa menghela nafas, mencoba sabar walau apa yang sedang terjadi kepadanya seolah telah melebihi batas wajar.
Lagi, pagi ini Luna harus berangkat seorang diri menuju sekolah. Marvel tak lama telah meninggalkan Luna, dengan pergi bersama pacarnya--Ira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Novela JuvenilSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...