23

260 30 0
                                    


Pagi ini di meja makan Luna dan Marvel sedang menikmati sarapan mereka, Marvel membeli dua bungkus bakmie untuk dirinya dan Luna.

Mengingat saat ini kedua manusia itu sedang makan, jadi tak ada satu pun di antara mereka yang angkat suara. Namun Luna, sedari tadi malam, ada sesuatu yang ingin ia katakan kepada Kakaknya itu.

Sesudah makanan keduanya habis dan dengan gesit Luna membereskan semuanya. Di gengamannya erat gelas yang berisikan setengah air, rasa ragu yang mulai menghantui.

"Kak Marvel kemana semalem?" tanya Luna pada akhirnya.

"Ngumpul bareng Argo, Dion, sama, Bagas. Kenapa emang?" balas Marvel balik bertanya.

Luna menunduk sejenak, lalu kembali menatap Marvel. "Enggak apa-apa."

Suasana kembali senyap, dengan bertimbangan yang telah ia pikirkan berulang kali, pada akhirnya Luna kembali berujar.

"Soal Kak Ira, kayanya dia bukan perempuan baik-baik deh kak," ucap Luna sangat hati-hati.

Marvel yang tadinya tengah sibuk dengan benda pipih di genggaman, sontak menatap Luna tak suka. "Kamu kenapa sih Lun? sok tau-tauan gitu. Kamu itu baru ketemu dia sekali,jadi gak usah menyimpulkan sendiri gitulah," sanggah Marvel sungguh tak pernah di duga Luna akan sebegitu tak setuju nya.

"Maaf kak. Luna cuma takut aja kalau Kak Ira itu pacaran sama Kak Marvel  itu karena ada maksud dan tujuan tertentu, Luna gak mau Kak Marvel kenapa-kenapa," tutur Luna.

"Kamu gak perlu repot-repot mikirin hal yang gak akan di lakuin Ira. Yang ngejalanin hubungan ini kan Kak Marvel, dan sejauh ini juga Ira gak ada minta hal yang aneh-aneh kok," sahut Marvel masih terus membantah perkataan Luna.

"Kak Marvel putus aja sama dia, Kak Ira gak sebaik yang Kak Marvel kira. Tolong percaya," lagi, Luna kembali membujuk Kakaknya itu agar percaya dan mau mengikuti sarannya.

Namun kenyataan memang tak pernah seindah harapan. Jauh dari perkiraan, kini Marvel malah bangkit dari duduknya, dan menatap Luna tak senang. Terlebih dengan perkataannya yang di rasa berlebihan.

"Cukup Luna. Selama ini Kak Marvel udah ngedukung kamu sama Bryan, dan balasan kamu malah kaya gini?! kamu urus aja masalah percintaan kamu sendiri, gak usah sok ngurusin orang lain. Apalagi Kak Marvel, yang udah jelas tau bener-enggaknya Ira," ujar Marvel lantang sembari melangkahkan kaki menjauh, atau lebih tepatnya lagi ke luar rumah.

Luna di buat terperengah karena Marvel menutup pintu dengan begitu kuat. Luna menenggelamkan wajah cantiknya di antara lipatan tangan, sembari membayangkan, bagaimana jika nanti Ira menunjukkan sifat aslinya dan Marvel masih terus bersama perempuan itu.

Perempuan itu berdiri, mulai melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri. Di tariknya sebuah laci yang hampir seluruh isinya adalah obat-obat yang harus ia konsumsi, di bawa Luna beberapa tabung mungil itu kepangkuan nya.

Dengan segelas air yang berada di genggaman Luna mulai meminum obatnya secara keseluruhan, dan setelah itu di teguknya habis segelas air tadi.

Padahal saat ini masih terlalu pagi untuk sendirian di rumah, namun mau bagaimana lagi. Memang mungkin tadi Luna sendiri lah yang salah, karena perkataan yang tak seharusnya ia ucapkan.

Karena bagai manapun juga Ira itu kan kekasih Marvel, mana mungkin ia bisa terima jika pacarnya itu di bicarakan yang tidak-tidak. Namun, Luna kan adiknya?

Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang