50

247 21 0
                                    


"Aku ngak bohong," balas Luna.

Bryan memperlihatkan sebuah gambar di handphonenya kepada Luna, di gambar itu terlihat Luna yang sedang berpelukan dengan Alvian.

Dan beberapa foto lainnya menampilkan ia yang sedang tersenyum ke arah Alvian tepat di depan rumahnya.

"Kamu bohong Luna," sambung Bryan.

"Kak Bryan salah paham, Luna bisa jelasin yang sebenarnya," selah Luna tak mau kesalahan paham antar dirinya dan Bryan berlanjut.

"Aku ngak butuh penjelasan, karena semuanya udah jelas," tandas Bryan menatap kedua bola mata nan indah itu lamat-lamat.

"Awalnya akupun ngak percaya, waktu nerima foto kamu dari temanku, aku ngak percaya Luna. Aku yakin kamu ngak mungkin kayak begitu, aku yakin kamu bukan perempuan yang kayak begitu," terang Bryan masih dengan memperhatikan Luna.

"Setelah nerima foto kamu sama laki-laki itu, aku langsung datang kerumah. Aku mau mastiin kalau temanku salah, dan sampai aku tiba di rumah kamu. Ternyata temanku benar, dan aku yang salah,"

"Aku ngeliat langsung, pakai kepala mataku sendiri. Kamu yang katamu sakit keliatan bahagia sama laki-laki yang entah siapa namanya, kamu yang nolak buat ku ajak pergi malah pergi sama laki-laki lain," kata Bryan dengan tatapan yang sulit sekali dimengerti oleh Luna, yang pasti tatapan yang dilemparkan laki-laki itu sedari tadi sukses membuat dadanya sesak.

"Nyatanya yang salah itu aku, aku terlalu berharap sama kamu yang ternyata ngak jauh berbeda sama perempuan lain. Perempuan yang ngak pernah merasa cukup sama satu laki-laki," sambung Bryan di balas gelengan kepala oleh Luna.

"Kak tolong, dengerin Luna dulu. Kak Bryan itu cuma salah paham, laki-laki yang ada di foto-foto itu sau--"

Belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya, Bryan lebih dulu menyanggah.

"Apa? kamu mau bilang kalau laki-laki itu cuma temen kamu? saudara kamu? sahabat kamu? iya, iya Luna? basi! tau ngak, basi!" seru Bryan kesal.

Luna menutup matanya, takut mendengar intonasi suara Bryan yang tiba-tiba meninggi.

"Tapi memang itu kenyataan nya, laki-laki itu bukan siapa-siapa. Kenapa Kak Bryan ngak percaya," balas Luna tak tau lagi harus berkata apa agar Bryan bisa mempercayainya.

"Kamu ngak perlu repot-repot buat aku percaya, dan untuk kedepannya kamu juga ngak perlu sembunyi-sembunyi dan bohong lagi untuk ketemu sama laki-laki yang berbeda," monolog Bryan.

"Apa maksudnya Kak?" tanya Luna tak bisa berpikir jernih.

"Ayo putus," jawab Bryan yakin.

Luna tertawa, tersenyum miris menanggapi perkataan yang di lontarkan oleh Bryan.

"Kak Bryan cuma salah paham," ulang Luna.

"Semoga kamu bahagia, Luna." 

Ujar Bryan mengakhiri ucapannya, dinaki Bryan motornya dan mulai tancap gas, hilang dari penglihatan Luna.

Sementara Luna masih diam tak berkutik di tempatnya, diperhatikan Luna tubuhnya yang dilapisi baju indah dengan warna kesukaan Luna.

Ia kira, hari ini Bryan membawakan kabar gembira dan kembali mewarnai harinya setelah sekian lama tak berjumpa.

Namun ternyata ekspetasi Luna terlalu berlebihan, kenyataan Luna malah di hadiahkan kabar buruk. Ia dikatai penipu dan juga selingkuh.

Ia terlihat begituh rendah di mata laki-laki yang kali pertama membuat Luna menggeluti dunia cinta.

Harusnya Luna lega, tatkala mengetahui bahwa hubungannya bersama Bryan sudah berakhir. Karena beberapa waktu lalu ia pernah pusing memikirkan cara untuk menyudahi hubungannya.

Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang