Di tatap Luna sepasang manusia di depannya secara bergantian, dua orang yang memiliki sifat yang berbanding terbalik itu benar-benar tampak lucu.
Melihat bagaimana Yura sibuk menceritakan tentang pelajaran dan kegiatan-kegiatan anak kelas, sementara Alka hanya diam mendengarkan tanpa ada keinginan untuk membalas apapun.
Dering telepon sontak membuat Yura menghentikan ucapannya, dan mulai mengangkat panggilan telepon tersebut. Tak lama setelah selesai berbicara dengan orang yang menghubungi nya, Yura pun berpamitan untuk pulang lebih dulu.
"Guys aku balik diluan ya, udah di telepon nyokap nih. Supir ku juga udah di depan deh kayaknya," ucap Yura merasa tak enak hati karena ia tak bisa tinggal lebih lama lagi.
"Ah iya, hati-hati ya Yura. Sekali lagi makasih ya udah mau bantuin Luna buat ngerjain tugas," ujar Luna.
"Iya Lun, terimakasih juga traktirannya. Diluan ya Lun, Ka!" seru Yura berpamitan, lalu kemudian pergi.
Luna kembali menyantap ice cream coklat yang beberapa waktu lalu ia pesan, ah mungkin Luna akan sering singgah ke toko yang baru saja buka ini. Coklatnya benar-benar membuat Luna jatuh hati.
Alka diam, memperhatikan. Perempuan yang baru ia kenali kemarin itu benar-benar sukses membuatnya terpesona, dari kali pertama mereka bertemu pun Luna telah berhasil membuat Alka terpikat oleh kecantikan yang dimiliki oleh Luna.
"Alka,"
"Ya?" balas Alka yang baru saja tersadar dari lamunan indahnya.
"Kamu gak balik?" tanya Luna masih dengan menikmati ice cream.
Alka memperhatikan sekitar, lalu kembali memperhatikan perempuan cantik di depannya. "Nunggu lo," jawabnya.
Luna berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan. "Kalau mau balik diluan juga gak apa-apa kok,"
"Tinggal bilang lo gamau balik sama gue apa susahnya," cetus Alka memasang wajah sedih, lebih tepatnya di sedih-sedihkan.
"Eh, gak gitu. Eum Luna cuma," ucap Luna menggantung kalimatnya.
"Apa?" ujar Alka tak sabar menunggu.
"Eum, takut naik motor," sambung Luna ragu-ragu.
Alka terdiam, mati-matian menahan tawanya saat melihat wajah Luna yang merah padam pada saat melanjutkan kalimatnya tadi.
"Gak ada yang perlu ditakutin Luna, naik motor itu seru tau. Balik bareng gue, biar gue buktiin kalau naik motor tuh gak semenakutkan itu," ucap Alka meyakinkan.
Luna tampak masih sangat ragu, namun dengan perlah ia mulai menganggukkan kepala, tanda setuju. Luna sendiri tak mau, terus menerus terpenjara oleh rasa takutnya.
Apa salahnya ia mencoba, kan?
"Okay."
Alka tersenyum senang, sementara Luna kembali melanjutkan aktivitasnya, Alka pun kembali memperhatikan Luna yang tampak begitu menggemaskan di matanya.
Luna yang ternyata menyadari bahwa Alka tengah memperhatikan dirinya pun tak tinggal diam. "Mau?" tawar Luna sembari menaikkan satu sendok berisikan ice cream ke udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Lara Luna || END (Tahap Revisi)
Novela JuvenilSemuanya terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga kini aku berakhir seperti ini. Tatapan yang ia lemparkan, perilaku yang ia tunjukkan, dan kata-kata yang ia lontarkan semuanya terjadi atas dasar kebencian terhadapku. Segala ca...