Seharusnya aku tak melepaskanmu walau hanya sesaat. ~Nayya
***
"Udah lah nay ga usah di liatin"Ucap abip merangkul kembaranya.
Ia tau pasti nayya merasa bersalah. Merasa ia salah mengambil keputusan sampai sampai membuat putra berubah seperti brandalan.
Nayya mengengam garpunya sangat erat. Menyalurkan perasaan yang ada di dalam tubuhnya membuat hatinya serasa ter-iris iris. Lantas membuat abip mengerti.
Abip mengambil garpu yang ada di tangan kanan nayya dan melepaskannya. Mengangam tangan kanan nayya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya berusaha menyuapi nayya.
Tangan yang di pegang abip mulai berair bertanda keringat di tangannya mulai keluar. Sedangkan mulut yang terus di masukan makanan oleh abip. Sepertinya abip mengetahui perasaannya.
Abip bahkan sangat mengerti. Saat Nayya menengok ke arah abip air matanya pun terjatuh dengan cepat kedua tangan abip menghapus air mata nayya dengan lembut. Mengelengkan kepalanya bertanda 'ini bukan saatnya untuk menangis'. Nayya menganguk dan mulai menghabiskan makananya.
Para sahabatnya pun hanya melihat gerak gerik dua anak kembar di hadapanya itu. Pikir mereka berlima mereka sangat cocok bila berpacaran. Sayangnya mereka saudara bahkan kembar.
Dengan cepat mereka buang pikiran tak berguna itu. Mengelwng secara bersamaa. Melihat apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
Nayya dan abip melihat para sahabatnya yang mengeleng bersamaan merasa aneh akan kelakuan mereka.
"Kenapa?"tanya nayya mengeluarkan suaranya yang serak
"Ga. Kalo kalian bukan saudara mah cocok"ceplas parsya membuat keduanya menautkan kedua alisnya
"Cocok?"heran abip
"Iya cocok kalo pacaram"samber husen lalu menyuap makananya.
Sontak abip dan nayya saling pandang lalu tersenyum.
"Andai ya bip"ucap nayya tersenyum
"Iya gw pasti bahagia"canda abip membuat mereka berlima melotot
"Kalian saling suka?"tanya lea polos
Nayya mencubit lengan abip pelan sambil menganguk bersamaan.
"WHAT??!!! Gile gile bener lu??"Teriak salma membuat seluruh kantin termaksud putra dkk menatap aneh ke meja mereka.
"Shit!! Tuh mulut kaga bisa di kontrol taek!!"kesal nayya menutup mulut salma. Merasa malu akan tingkah sahabatnya itu.
Salma nyengir kuda sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf. Lu beneran nay?"
"Polos amad lu bwang!!"ucap abip menoyol kepala salma. Salma hanya meringis
"Geblek!! Ya kaga lah. Gile aja gw sama nih anak saling demen! Sadar status kite ye ga"cerocos nayya membuat semua orang yang satu meja denganya tertawa.
"Yoi"
"Lea terlalu polos"tungkas parsya menoyol lea
"Gw lagi"pasrah lea sambil memanyunkan bibirnya.
"Btw noh cah empat liet sini mulu"ucap parsya yang sedari tadi melirik meja yoga dan kawan kawan.
"Biasa Fans "canda lea
"Kenapa? Lagi pada marahan?"tanya nayya yang aneh kepada sahabatnya yang menjauh dari para pacarnya
Lea,salma dan parsya saling tatap menatap lalu tersenyum, "Ngak kok. Kita cuman mau fokus ujian dulu dan mereka kita suruh jaga jarak. Bahkan ga boleh saling Menghubungi. Pokonya Jaga jarak banget deh"jelas parsya panjang lebar
"Ouwwwh gitu"
Tin tin tin
Suara trakson yang tak lain dari mobil nayya dan abip pun membuat keduanya buru buru. Mereka baru ingat jatah mereka di kantin hanya 20 menit saja. Dan kini supir pribadi bundanya sudah datang menjemputnya.
Abip mengeluarkan uang 20 ribuan guna membayar pesanan mereka berdua, "Nih tolong bayarin siomay sama minuman gw dan nayya ya"ucap abip lalu pergi sambil menarik tangan nayya.
Nayya hanya tersenyum kepada para sahabatnya dan di balas senyuman juga. Abip menarik lengan nayya lembut dan menyamakan langkahnya dengan nayya.
Saat ingin keluar kantin mereka harus melewati meja putra dan para sahabatnya. Membuat nayya ekstra mengumpulkan kebraniannya.
Entah mengapa Keberanian nayya berkurang saat putus bersama putra. Apalagi harus menghadapi laki laki itu.
"Thanks untuk semuanya. Hati gw cukup tersakiti"nyindir putra saat nayya ingin melewatinya dengan posisi menunduk
Abip dan nayya tentu saja mendengarnya. Bukannya nayya yang menjawab malah kembaranya yang menyahut.
"Hanya sementara bukan? Toh mengapa nyidir nayya? Bukan selamanya ini kan"kesal abip yang ingin bermain fisik.
Nayya menahan abip dan membawanya di belakangnya. Nayya memberanikan diri untuk menatap putra yang sedang menatapnya balik.
"Thanks juga untuk semuanya. Gw tau gw salah. So gw minta maaf. Hanya sementara kok"ucap nayya berusaha untuk tersenyum
Lantas membuat putra merasa sakit. Ia tau senyuman yang nayya berikan adalah senyum palsu. Putra menatap nayya sendu.
"Gw duluan"ucap nayya pergi bersama abip
Sepeningalan nayya dan Abip, putra tersenyum kecut, "ternyata bukan cuman gw tapi lu juga"
***
Kini putra sedang berada di Supermarket di pingiran jalan. Bila adiknya rani tak meminta tolong agar di belikan pesanan dia. Mungkin saat ini putra sudah rebahan di rumah dengan posisi tangan yang memegang buku.
Dengan malas ia mengambil pesanan adeknya yaitu rani. Dan beberapa cemilan untuk dirinya. Saat ia ingin mengambil Cocacola ada seseorang yang juga ingin mengambilnya. Sontak membuat keduanya saling menoleh dan menatap.
Putra terkejut bila pelakunya adalah Chilla. Wanita yang saat itu mengangu dirinya saat ingin meluapkan seluruh emosinya.
"Eh putra ya"ucap chilla
"Iya"
"Kita ketemu lagi nih"
"Yoi"
"Singkat amet"
"Maaf"
"Ya"ucap chilla mengambil cocacola itu sebelum putra mengambilnya.
Saat asik dengan kerjaannya putra pun mengeluarkan suaranya, "Minta no lu"
"Hah?"kaget chilla saat putra meminta nonya
"B aja sih"
"Ini udah C"canda chilla membuat putra mengacak rambut chilla gemas.
"Mana hp lu?"lanjut chilla
Putra memberikan hpnya dan dengan cepat chilla mengetik nonya, "Nih"
"Ok. Makasih"
"Yoi"
"Lu ngapain di sini?"
"Belanja"jawab chilla cepat
"Owh. Gw duluan"pamit putra lalu berjalan menuju kasir karna semua pesanan sudah ia ambil.
Chilla menatapi kepergian putra, "Ganteng. Eh apaan sih kan chilla dah punya"ucapnya kepada dirinya sendiri.
****
Bersambung!!.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATE!!! [END]
Novela Juvenil[FOLLOW TERLEBIH DAHULU] [JADILAH PEMBACA YANG BIJAK!] [BIASAKAN TINGALKAN JEJAK SEPERTI VOTE!] Aku mencintai mu tapi aku tak berani mengucapkannya biarlah waktu yang bicara kepada mu. Aku hanya belum siap kehilangan mu. Aku mencintai mu dalam diam...