20. DIARY DEPRESIKU

167 37 71
                                    

Assalamu'alaikum....

Bisa putar lagu di atas sambil baca. 😭Huhuuuu.

Ayo, dibaca dengan saksama, dalam tempo yang sepantas-pantasnya.
Wkwkwk. 😆

Happy Reading! ❤

*****

""Wah, aku baper banget ...," ungkap Kafhi melebih-lebihkan.

Jabal tertawa. "Kamu pasti tadi nikmatin lagunya sambil senyum-senyum ke arah gebetan, 'kan?" tanyanya. Membuat seluruh siswa tertawa.

Aya dan Zanu tertunduk malu sambil ikut tertawa. Berbeda dengan Vanya, melemparkan tatapan tajam ke arah Vernon yang memasang ekspresi tidak pedulinya.

Penampilan Egi dan teman-teman sudah selesai. Mereka berhasil mendapatkan tepuk tangan yang meriah, beserta bunga-bunga dari penggemar.

"Untuk penampilan yang kedua ... hm ...." Jabal sengaja menahan ucapan, membuat semua siswa penasaran, dan berdebar jika sewaktu-waktu ternyata dipanggil untuk maju.

"Oya, maaf sebelumnya, kepada Jery Putri kelas XI IPA I, ada ibunya yang mencari di ... nah, iya, Bu. Baik, Bu, sama-sama." Kafhi tersenyum ramah sambil melambaikan tangan ke arah Jery dan ibunya. Tadinya ia mau mengumumkan jika Ibu Jery datang mencari anaknya, tetapi karena sudah melihat Jery bersama ibunya, ia rasa itu sudah beres.

Aya dan Vanya sama-sama memerhatikan Jery dan ibunya. Kata Jery tadi, ibunya pasti mengantarkan uang jajannya yang ketinggalan. Ah, sampai segitunya.

Vanya menatap lekat ibu dan anak tersebut. Tampak hangat dan penuh kasih sayang. Mereka berpelukan, tertawa bahagia. Bagaimana rasanya disayangi? Bagaimana rasanya dicintai? Apa hanya saya di dunia ini, yang tidak tahu seperti apa rasanya? Saya juga ingin merasakan, walau hanya sekadar mencoba merasakan. Ia tersenyum miris.

Aya yang melihat perubahan pada air wajah sahabatnya itu, bertanya, "Anda kenapa?"

"Bagaimana rasanya disayangi? Dan dicintai?" tanya Vanya polos. Ia bersungguh-sungguh dengan pertanyaannya.

Aya terdiam. Ia merasa ... sakit. "Anda kangen ibu?"

Vanya tertawa kecil. "Ha-ha, harusnya saya jangan menanyakan hal yang tidak pernah saya rasakan."

Belum sempat Aya menjawab, terdengar suara host yang heboh memanggil penampilan selanjutnya. "Ayo, penampilan selanjutnya! Rasanya gak afdal kalau paralel satu yang menjadi panutan kita gak tampil!" seru Jabal.

Semua orang bertepuk tangan dan bersorak agar yang dipanggil maju ke depan.

"Itu siapa yang bakal tampil, sih? Heboh banget, mana gak maju-maju," gerutu Vanya heran.

Aya menepuk jidat. Zanu, Leon, Vernon, memilih untuk pura-pura amnesia. Terserah.

"Ayo! Silakan paralel satunya Pascal," ajak Kafhi dengan senyuman menggoda.

Vanya bertepuk tangan, memerhatikan sekitar yang entah mengapa menghujaninya dengan tatapan.

Tunggu.

Paralel ... apa?

"Woi! Apa hubungannya sama paralel satu!" teriak Vanya tidak terima. "Ogah, ah!"

Aya tertawa kecil. "Hus ... malu sama gebetan," bisiknya.

"Bodo, ah!" serunya dengan kesal. Masalahnya, ia belum terpikirkan hendak menampilkan apa. Lagian ia juga tidak mempersiapkan sama sekali.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang