6. Antara Jodi, Vanya, dan Ruang UKS

278 50 54
                                    


Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan hukuman Vanya. Semua teman-temannya sudah berada di tim 'menangkap' tanpa ia berlari. Ya, Vernon yang berjuang. Itu mudah saja bagi sportman seperti Vernon.

Pak Jey sudah menghilang sedari tadi, percuma juga memberi hukuman. Sementara itu, semua siswa kembali pada aktivitas semula--cowok-cowok bermain sepak bola, dan cewek latihan di pinggir lapangan.

Berbeda dengan Vanya, setelah tertawa melihat hiburan teman-temannya yang saling kejar-kejaran, ia pun melangkah pergi dari lapangan. Ia menuju ke UKS, salah satu tempat favorit di sekolah. Ia merogoh saku rok panjangnya untuk mengambil kunci, dan membuka pintu UKS kemudian. Bersyukur, tempat itu sepi pengunjung kali ini.

Sebenarnya, kunci UKS hanya dipegang oleh tiga anggota inti, dan Vanya bukan siapa-siapa. Waktu itu ia menemukan kunci ruangan tergantung di pintu. Setelah itu, ia meminjam selama dua hari untuk menduplikatnya dan akhirnya terbukti, bahwa menduplikat kunci tersebut sangat berguna. Siapa yang bisa protes?

Vanya merebahkan tubuh di atas tempat tidur dengan kasur single bad yang bersih dan rapi. Tak lupa, ia telah mengunci pintu sebelumnya. Dua menit kemudian, ia telah menyelami alam mimpi.

***

Aya masih sibuk menyepak bola di depannya. Sangat sulit sekali belajar menendang dan mengontrol bola. Tadi saja sempat sepatunya yang malah terbang.

Tidak lama, Aya terlihat melirik jam di pergelangan tangan, kemudian celingak-celinguk mengamati keadaan. Ia perlahan berjalan menjauh, berusaha agar tidak ada yang menyadari kepergiannya.

Ia melangkah cepat menuju ruang Keterampilan yang sepi. Mumpung masih jam pelajaran. Di sana sudah berdiri Tian, menunggu kehadirannya.

Tian menatap Aya tajam ketika gadis itu sudah berdiri di hadapannya. "Lama banget! Udah sepuluh menit, nih!"

"Maaf."

Tian mendelik. Ia mencengkeram kasar lengan Aya. "Udah berani seenaknya, ya! Kamu masih pacar aku, 'kan?!"

Seketika Aya merasa heran, dan perasaan takut menjalar ke seluruh tubuhnya.

***

Setengah jam lagi, jam pelajaran akan berganti dengan jam istirahat. Satu per satu warga kelas XI IPA I mulai meninggalkan lapangan, termasuk Jodi. Ia sudah gerah karena bermandikan keringat. Untung saja ia selalu menyimpan baju ganti di UKS. Ngomong-ngomong, Jodi merupakan ketua di organisasi Usaha Kesehatan Sekolah tersebut.

Ia membuka pintu dengan kunci yang dimilikinya. Kemudian, langsung bergegas ke toilet yang berada di dalam. Toilet tersebut sangat bersih dan tidak sempit. Pantas saja, punya anak kesehatan. Di sana juga ada bak kecil dan peralatan mandi--sengaja diusulkan Jodi, karena ia juga anak tim sepak bola yang kadang butuh mandi setelah bermain.

Tidak sampai lima menit, Jodi sudah keluar dari toilet sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Ia telah memakai celana abu-abu, tanpa atasan. Mata Jodi menangkap sosok aneh di atas kasur yang seprainya sudah berantakan.

Ia pun mendekat santai sambil tetap menggosok-gosokkan rambut dengan handuk. Alisnya terangkat sebelah, bibirnya tersenyum tipis. Ia mengenali gadis yang sudah biasa tidur sembarangan di sana. Ah, Vanya memang suka melanggar aturan. Padahal yang tidak berkeperluan dilarang masuk. Makanya, pintu UKS dikunci untuk sementara dan hanya bisa dibuka melewati anggota yang mengurusnya--biasanya ada siswa yang stay menjaga, karena semua anggota sedang belajar makanya ditutup. Karena sudah banyak siswa yang menjadikan UKS sebagai tempat menongkrong.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang