38. Remember ZanAya

117 28 46
                                    

Kafhi dan Aya tersentak. Mereka segera menoleh, mendapati Zanu tertawa canggung dan Jeline di sebelahnya.

"Wah, kalian ngapain di sini?" tanya Jeline menggoda.

Aya dan Kafhi saling tatap sebentar, kemudian tertawa kecil.

Zanu sudah susah payah menahan emosi. Tentu saja ia tidak suka.

"Maaf mengganggu, Kaf, anggota inti OSIS dipanggil wakil kesiswaan," ungkap Jeline tak enak.

Kafhi mengangguk dan cepat berdiri. Ia tersenyum sebentar kepada Aya, lalu mengusap kepalanya sebentar. Sementara itu, Aya hanya tersenyum. "Aku pergi dulu, ya. Nanti lanjut kapan-kapan."

"Aku juga pergi dulu ya, Zan. Makasih udah bantu aku nyari Kafhi." Jeline tersenyum ramah, dan pergi berlalu dengan pria itu.

Zanu tersenyum membalasnya. "Semangat, Buk sekretaris OSIS!"

Aya terdiam memandang pria itu. Ia bersyukur karena merasa diselamatkan, tetapi interaksi pria itu dengan gadis lain membuatnya sedikit kesal.

"Kamu bisa profesional gak sih?! Mudah banget nempel sama cowok!" seru Zanu dengan sedikit menaikkan intonasi suara.

Kedua alis Aya terangkat. Ia sangat terkejut dengan bentakan yang tiba-tiba itu. Padahal ia bisa menyelesaikan misi dengan baik.

Wajah Zanu memerah, ia tampak kesal. "Untung aku pantau! Coba kalau enggak? Gimana!" bentaknya. Sumpah demi apa pun, ia tak rela jika Kafhi sampai mencium gadis yang dicintainya, dan yang membuatnya tambah kesal, Aya tidak berbuat apa-apa ketika Kafhi hendak menciumnya. Ia kecewa.

Aya yang dibentak seperti itu, tak bisa berkata apa-apa. Ia terdiam memandang Zanu sedih, matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia ingin menangis. Memangnya ia mau di posisi tadi? Ia juga kesulitan dan sebenarnya hanya memikirkan misi.

"A-ay, a-aku ...." Seperti menyadari kesalahan, Zanu memandang Aya penuh penyesalan. Matanya meredup, ia tak bermaksud membuat gadis itu bersedih. Ia terduduk kemudian, dan menyembunyikan wajah di balik kedua lipatan tangan. Bahunya perlahan tampak naik-turun.

Aya bingung, ia memerhatikan pria di hadapannya heran. Terdengar isakan. Tunggu, Zanu menangis? Ia pun mendekat, dan duduk di sebelah pria itu. "Anda kenapa?"

Zanu menoleh, matanya merah. Ah, sungguh, dia benar-benar menangis. "Aku menyesal udah marah dan buat kamu sedih."

"Lah, terus kenapa Anda yang nangis?"

"Gak tahu," jawab Zanu apa adanya.

Aya tertawa. Ia bahkan tertawa terbahak-bahak. Padahal tadi ia sangat ingin menangis, tetapi karena melihat kejadian ini, tidak jadi. Sementara itu, Zanu hanya memandang sendu wajah gadis yang tertawa di sampingnya. "Maafin aku, ya? Aku gak maksud. Aku ...."

Aya meletakkan telunjuk di depan bibir Zanu. Membuat pria itu terdiam. Ia pun menyandarkan kepala di bahu pria itu. Sambil melanjutkan tawanya, ia berucap, "Anda benar-benar pria yang lucu. Anda yang marah, Anda juga yang nangis."

Jantung Zanu berdegup kencang. Aya bersandar di bahunya! Ia bisa menikmati dari dekat wajah indah itu. "Ini sebenarnya gak boleh, tapi yaudahlah."

Aya mendongak, tersenyum lebar sambil menatap wajah pria yang juga sedang memandangnya. "Makanya, jangan marah-marah lagi," ucapnya sambil mencolek kecil hidung Zanu.

"Iya, maafin aku, ya?"

"Hm ... saya juga heran, kenapa Anda bisa nangis karena ini. Biasanya pria gak mudah nangis."

"Aku menyesal sudah membuat orang yang aku cintai hampir menangis," ungkapnya tulus.

Aya terdiam. Ia hanya bisa menatap kedua bola mata itu. Pria ini berkata jujur dan tulus. Hatinya menghangat. Entah mengapa, ia merasa sangat bahagia menatap wajah pria itu. Jantungnya berdebar nyaman.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang