55. AKHIR

156 25 10
                                    

Assalamu'alaikum, Sahabat Apenjer!
Ya, ini chapter terakhir, jadi maklum kalau panjang, ya. Heheee.

Aku benar2 berterima kasih kepada Sahabat Apenjer yang telah mengikuti sampai akhir. 💕

Selamat membaca. :))

*****

Ruang bawah tanah bukan terdiri dari sebuah ruangan di bawah tanah. Mungkin lebih tepat disebut markas bawah tanah. Tempat persembunyian, menyimpan harta, senjata, menyandera, dan eksekusi. Bisa dibilang ini adalah markas besar Juand dan para anak buahnya. Terdiri dari dua puluh ruangan dengan dua belas lorong. Ada tiga jalan masuk ke bawah tanah di luar jalan rahasia untuk pelarian. Pertama, di sisi utara, pintunya terletak di dalam gudang kecil yang tidak terurus. Ini merupakan pintu utama. Jika masuk lewat pintu itu maka akan langsung berhadapan dengan empat lorong, masing-masing terletak di depan, dua lorong berdekatan di sisi kiri, dan satu di sisi kanan. Kedua, di sisi timur, pintunya terletak di dalam kamar sebuah warung papan biasa yang sangat ramai dikunjungi bapak-bapak untuk bermain kartu dan domino, atau sekadar minum-minum. Jika masuk lewat pintu itu, kita bisa memilih pergi ke salah satu dari tiga lorong yang terdapat di sisi kiri, kanan, dan depan. Terakhir, pintu di sisi selatan. Ini adalah pintu yang terletak di halaman belakang rumah Vanya. Sisi kanannya langsung berhadapan dengan sebuah ruangan. Sementara sisi kirinya sebuah lorong panjang yang terhubung dengan dua lorong lain di sisi kanannya. Jika masuk lewat pintu ini, maka langsung berhadapan dengan lorong yang menuju ke pintu utama.

Saat ini, Vanya sedang sibuk berkeliling ruang bawah tanah. Ia memantau keadaan, sambil menghitung berapa jumlah orang di sana beserta posisinya. Cukup banyak, sekitar lima puluh orang termasuk dirinya dan Zanu. Sementara informasi dari Vernon, pihak kepolisian hanya dua belas orang termasuk dirinya dan Aya. Ya, Vanya sangat terkejut karena Aya turut serta. Katanya, Aya sudah tahu yang sebenarnya. Wajar, jika gadis itu sangat marah, mungkin juga ingin membunuh Vanya saat ini. Ia hanya pasrah saja. Jika yang diinformasikan Vernon tidak salah, berarti sekitar satu jam lagi polisi akan menyerang tempat ini. Tadi sore pria itu mengabari dan menceritakan segalanya. Sontak membuat ia dan Zanu harus segera bergegas menyelesaikan semuanya. Tadi ia juga melakukan pembersihan di rumahnya, agar tak meninggalkan barang bukti. Ia menyingkirkan semua senjatanya di rumah. Ia juga menutup pintu ke ruang bawah tanah di halaman belakang rumahnya. Baik pintu dari dalam ruang bawah tanah menuju halaman rumahnya, sudah ia samarkan dengan cat berwarna pudar agar tak terkesan baru dicat, dan menyingkirkan tangga.

Zanu pun sibuk mengunci jalan rahasia dan memastikan bom tidak akan bisa diaktifkan oleh siapa pun selain dirinya, tanpa ketahuan. Ia mengembalikan barang bukti yang sempat dicuri Vanya, dan menata rapi barang bukti lain seperti dokumen, flash disk, hard disk, dan puluhan ponsel. Semua itu guna merekam kontrak, video ancaman, berkas perjanjian-perjanjian atau kesepakatan, dan semua bentuk kejahatan Juand ada di sana. Biasanya jika Vanya selalu ketahuan saat membongkar kejahatan Juand, itu karena dirinya. Makanya, Vanya sangat kesal dengan sosok X. Namun sekarang, ia akan memilih jalan yang benar.

Vanya dan Zanu berusaha agar tidak dicurigai kepolisian. Sementara identitas Ailee dan X yang diketahui Vero, belum sempat dipikirkan bagaimana rencananya. Waktu begitu mepet sekali. Vanya sudah siap dengan seragam serba hitamnya beserta pistol berpeluru penuh dan belatinya, tidak lupa topeng. Ia tiba-tiba teringat sesuatu, dan berjalan cepat melewati lorong. "Astagfirullah!" serunya kaget ketika ada seorang pria berdiri di hadapannya, menghentikan langkahnya. Ia mengernyit. "Zico!?"

Zico tersenyum senang karena bisa melihat gadis itu. "Buru-buru banget? Sibuk?" tanyanya.

"Ya, ampun, Anda kapan balik ke Indonesia? Dalam rangka apa?" tanyanya sambil menepuk kuat bahu pria itu.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang