Hari ini Vanya datang sangat terlambat, tetapi untung saja guru Fisika, Bu Puja, belum masuk. Mungkin karena beliau sibuk.
"Assalamu'alaikum, Para penggemar," sapa Vanya ketika memasuki kelas sambil melambai-lambaikan tangan.
Semua teman-temannya yang sudah duduk manis di bangku masing-masing, menjawab serentak, "Wa'alaikumussalam, Turunan jin." Kemudian, mereka kembali dengan aktivitas masing-masing.
Hari ini Vanya tidak berniat mengganggu siapa pun. Entah mengapa, semua teman-temannya terlihat sangat sibuk mengerjakan sesuatu. Padahal, Bu Puja belum masuk kelas.
Ia langsung duduk di kursi, menatap Aya yang sedang menggambar. "Aya, saya lagi missqueen, nih," ucapnya sambil membaringkan kepala di atas meja.
Aya yang sedang asyik menggambar, mengalihkan seluruh atensi ke sahabatnya yang terlihat putus asa itu. "Bukannya kamu kerja nulis konten di aplikasi pendidikan, ya? Ngajar les online juga, 'kan?"
"Gajiannya masih seminggu lagi. Uang saya tinggal seratus ribu, tambahin seratus lagi dong, Ya. Bapak juga lagi susah, gak ada duit."
Ya, seluruh tabungan Vanya tewas untuk dijadikannya modal membuka usaha aksesoris ponsel dengan Rian. Ia sudah membicarakan dan membuat data-datanya kemarin malam. Dan bicara soal bapaknya, tentu saja ia berbohong. Sedari dulu ia selalu mencari uang halalnya sendiri. Ia makan dan hidup dengan uangnya sendiri, tidak mau memakai uang ayahnya yang sangat banyak, tetapi tidak halal. Entah apa yang menyerangnya sehingga bisa berpikiran baik seperti itu.
"Tabungan saya semuanya habis, mau buat usaha aksesoris ponsel."
Aya yang sedang mengambil uang dalam dompet, menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah kepada sahabatnya yang masih belum menegakkan kepala itu. Ia tertawa kecil melihatnya. "Ya, ampun, Van. Cuma masalah duit doang. Hm ... tapi kok Anda habisin semua tabungan? Ya, tinggalin sedikit untuk jaga-jaga buat masa depan, Van."
Vanya menegakkan kepala dan menyimpan uang yang diberikan oleh sahabatnya itu. Orang kayak saya mana ada masa depan, Aya. "Insyaallah nanti usaha saya sukses besar, nah, bisa buat masa depan."
"Aamiin, ya, Allah," ucap Aya senang. "Ngomong-ngomong tokonya di mana?"
Belum sempat Vanya menjawab, Bu Puja sudah memasuki kelas dengan dua orang siswa yang membawa buku paket tebal. Setelah kedua siswa itu meletakkan buku tersebut di atas meja, mereka pergi sambil tersenyum membalas ucapan terima kasih dari Bu Puja.
"Assalamu'alaikum, Anak-anak. Sebelum belajar, ada yang mau ibu sampaikan," ucap Bu Puja datar. Ah, guru tergalak di SMA Pascal.
"Wa'alaikumussalam, Bu," jawab seluruh siswa serentak.
Bu Puja berjalan ke samping mejanya. "Jadi begini, ibu membuat sebuah buku Fisika dengan materi kelas sebelas dan dua belas, lengkap! Materinya diringkas sehingga mudah dipahami. Setiap soal-soal ada cara menjawabnya!" Bu Puja mengambil satu buku cetak tebal dari atas meja. Ia memperlihatkan kepada siswa. "Buku ini akan menjadi acuan untuk banyak sekolah. Jadi, ibu menawarkan kepada Anak-anak ibu di sini dulu."
Temmi angkat bicara, "Setiap soal ada kunci jawaban, surga, nih!"
"Bener, tuh! Kalau buku Ibu gak diraguin lah, ya, udah pasti bagus. Kami semua beli, Bu!" seru Jodi seenaknya.
"Ini bukan karena buku ibu, ya! Namun, buku ini memang direkomendasikan kementerian. Ini demi kebaikan kalian, dan kebaikan ibu supaya kalian mudah mengerti sehingga ibu tak repot mengajar!" terang Bu Puja seperti orang marah. Aduh, kesan galaknya tidak pernah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDICATOR OF LOVE (✔)
Novela Juvenil[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Bayangkan jika saat ini kamu memiliki geng persahabatan yang terdiri dari dua cewek dan tiga cowok. Kalian sudah seperti keluarga dan selalu bersemangat untuk memecahkan kasus-kasus yang terjadi. N...