EPILOG

355 31 34
                                    


Aya memandang hampa ke arah kursi yang berada di sebelahnya. Ia benar-benar merasa kehilangan sahabat yang sudah seperti saudara kembarnya sendiri. Pandangannya pun beralih ke satu kursi kosong di belakang, tempat duduk Leon, di mana mereka selalu bercanda dan merapatkan misi. Ia mengembuskan napas berat. Beberapa detik ia terdiam, berpikir. Lalu, memberanikan diri menatap kursi kosong di depan. Pria itu. Jantung Aya terasa diremas, rongga dadanya sesak. Air matanya menetes. Tidak cukup dengan kepergian Leon, dua sahabatnya yang lain juga memilih untuk pergi. Sekarang, kursi-kursi kosong yang berjejer ini menjadi saksi, jika mereka pernah bersama, dan sangat bahagia. Ia pun menyadari jika sekarang Vernon sedang membalikkan punggung untuk menghadapnya, sambil melempar tatapan sendu.

"Kita tinggal berdua, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Aya sedih sambil menghapus air mata.

Vernon tersenyum kecil, ia berusaha menutupi kesedihannya. "Aya, jangan berbicara seolah-olah Ailee dan Zanu telah tiada."

"Tetapi mereka ke mana?"

"Biarkan mereka pergi. Mereka butuh waktu. Semuanya akan baik-baik saja." Vernon berusaha menenangkan gadis itu walau hatinya sendiri sebenarnya merasa sangat gusar. Bibirnya berusaha melukis senyuman kecil.

"Ini gila gak, sih!" teriak Jodi tiba-tiba, yang berhasil membuat semua atensi beralih padanya.

Mike berseru kesal, "Kamu yang gila! Tiba-tiba teriak!"

"Eh, Mike! Kamu juga teriak!" seru Jery emosi. Konsentrasinya yang sedang menulis catatan di papan tulis menjadi terganggu.

"Udah! Berhenti!" cegah Aalisha menengahi. "Jadi, ketua XI IPA I yang paling ganteng, kenapa?" tanyanya kepada Jodi meminta penjelasan. Teman-temannya yang lain serius menyimak.

Jodi bangkit dari kursi, lalu berjalan ke depan kelas. Ia memandang frustrasi teman-temannya. "Kemarin tiba-tiba sekolah ini diserbu kepolisian, katanya bakal dilakukan 'pembersihan'," ungkapnya memulai. "Alhasil, kepsek ditangkap polisi, beberapa siswa juga ditangkap, ruangan lama di belakang ruang Keterampilan itu dihancurkan, dan kita gak tahu alasannya!?" Semua teman-temannya hanya mengangguk. "Sebelumnya di kelas ini, Leon meninggal tiba-tiba, dan sekarang Vanya sama Zanu gak tahu ke mana, menghilang. Katanya pindah sekolah, tetapi gak ada yang tahu," tambahnya.

Gio menoleh ke arah Vernon, dan berucap, "Kamu pasti tahu sesuatu, 'kan, Ver? Aku lihat abang kamu yang langsung turun tangan."

Vernon dihujani tatapan dari teman-temannya. Ia terdiam sejenak, kemudian menjelaskan, "Seperti yang sudah tersebar diberita ... Juand, mafia terbesar itu beserta semua antek-anteknya, sudah dibereskan polisi, dan yang kemarin kalian lihat itu adalah sisa-sisanya."

Semuanya kaget. Mereka memang pernah mendengar kabar angin jika Juand menetap di Bukittinggi, tetapi tak pernah terduga ternyata sekolah mereka turut dikuasainya.

"Apa mungkin ... meninggalnya Leon ...?" tanya Jery ragu.

"Ya, karena Leon sempat melihat Juand secara langsung," jawab Vernon seadanya.

"Hm ... maaf, nih, karena waktunya bisa pas banget," tutur Jodi ragu. "Apa menghilangnya Vanya dan Zanu, ada kaitannya dengan ini semua?"

Semua orang langsung kaget, sambil memasang ekspresi yang bermacam-macam karena pertanyaan Jodi. Mayoritas dari mereka mengernyit. Entah berpikir keras, ataupun bingung.

Vernon pun terdiam, dan semua orang menjadi terdiam. Hening.

Aya pun membuka suara, ia berucap tenang, "Vanya dan Zanu tidak menghilang. Mereka akan kembali menemui kita lagi. Itu pesan terakhir mereka di grup kelas, bukan?"

***

Bacod.Author

Alhamdulillah, sah sudah lapak ini resmi selesai. Ntar kalau ada update, berarti itu pengumuman sequel! Kalau jadi. Hehee

Oyaaa. BABEGI, cerita baru Setiga, juga resmi lahir.

Silakan dicek .... 

^^

^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dijamin enjoyyyyyy.

Salam Apenjer!

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang