16. GARA-GARA LALAT KAWIN

154 36 91
                                    


Assalamu'alaikum ....

Jangan lupa bismillah dulu sebelum membaca. 😘

Judulnya absurd banget, yak. Hahahaa. Sengaja. Maunya di cerita ini ada part nyantai dulu. Napas dikit. Ntar kalau udah konflik lagi nyesek. 😭 Akunya yang gak tega. 😂

Jangan lupa vote, dan komentar-komentarnyaaaa. APENJER suka dikata-katain. Wkwkwkwk.

*****

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu. Aya, Vanya, dan Leon, masih tetap duduk di kursi masing-masing. Zanu mendekat dan duduk di sebelah Leon. Sementara Vernon telah kembali ke kelas, duduk di sebelah Zanu. Mereka membentuk lingkaran. Belum ada yang memulai pembicaraan, mereka saling melempar pandang satu sama lain.

"Semuanya kacau." Vernon membuka suara karena tidak ada yang memulai. "Zico pindah ke luar negeri," lanjutnya.

"Apa? Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Leon heran.

Vernon tampak menerawang. "Tidak ada alasan, hanya pindah saja. Tadi aku punya banyak waktu untuk menyelidiki karena tidak masuk kelas. Entah mengapa aku yakin, Zico ada kaitannya dengan mafia itu. Kalian tahu, 'kan, Juand?"

Zanu mengangguk. "Penyebaran narkoba lewat remaja-remaja pasti membuat bisnisnya semakin hebat."

"Kaitannya dengan Zico?" tanya Aya.

"Dia dan wakil kepala sekolah bekerja sama," jawab Zanu yakin.

"Ai, apa Zico mengatakan sesuatu kemarin?" tanya Vernon ketika mengingat bahwa ia menemukan Vanya bersama pria itu kemarin.

Vanya tampak takut, wajahnya sedih. "Dia akan menghancurkan saya, kalau ...." Semua terkejut, menunggu lanjutan ucapannya. "Karena dia pacar saya, dia tahu tentang Apenjer, dan kerjaan kita. Dia sudah menebak kalau kita mengetahui semua tentangnya. Lalu mengancam ...."

"Karena dia tahu kita tahu tentangnya, dan memutuskan untuk pergi dari sini?" tanya Zanu.

"Saya takut ... Zico itu keluarga Oriedo yang terpandang. Mereka bisa melakukan apa saja. Sementara saya bukan siapa-siapa .... Dia tidak mau kita melaporkannya," ungkap Vanya sedih bercampur takut. Ya, peran yang sempurna.

"Vanya, kamu ngomong apaan? Kita berlima! Ber-li-ma. Gak ada sendiri-sendiri. Dia gak bakal berani apa-apain kamu. Aku jamin," ungkap Leon yakin. Ia menatap sahabatnya itu penuh ketulusan.

Vernon mengembuskan napas berat. "Kita tidak akan melaporkannya, tetapi kita akan langsung menangkap mafia itu, dan membuktikan kalau ia telah menyebarkan narkoba di sini!" serunya penuh penekanan.

"Setuju! Kita pasti bisa, karena kita tim yang hebat." Aya terlihat optimis. "Jika kita bersatu, jangan takut dan jangan khawatirkan apa pun. Kita bersama, kita bisa membantu dunia lebih baik." Ia tersenyum, memberikan ketenangan untuk sahabat-sahabatnya.

"Benar, dan aku punya semua datanya dari kepolisian. Bagus jika tergetnya adalah sekolah ini, sehingga kita bisa lebih dekat menyelidiki," imbuh Vernon.

Leon tampak berpikir. "Agak keren sih kerjaan kita ... tapi dia mafia besar? Walau fotonya yang dari dulu sudah tersebar ke masyarakat pun, polisi tetap tidak bisa menangkapnya." Yang diucapkannya memang rasional. Namun, ia seperti teringat sesuatu. "Duh, maaf, Ver, gak bermaksud." Mengingat keluarga sahabatnya itu polisi.

"Tidak masalah. Justru itu, kita akan melakukannya dengan cara yang tidak mereka sangka. Kita akan membereskan ini," ujar Vanya pelan sambil tersenyum. "Juand sudah terlalu lama menjadi penghancur di negara ini."

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang