41. Together Forever

138 29 38
                                    

Bacod.Author

Assalamu'alaikum.

Selamat membaca. :))



*****

Demi apa pun Vanya bersumpah akan menghajar pria yang telah mengurungnya selama hampir tujuh jam di UKS. Ia mendengar bel pulang sekolah berbunyi, dan langsung bersiap di depan pintu. Pintu itu pun akhirnya terbuka pelan, menampilkan sosok seorang pria yang sangat ingin dihajarnya itu. Ia melipat kedua tangan di dada, lalu menatapnya tajam. "Anda gila, ya! Ngurung saya di sini sampai jam pulang sekolah!" serunya. Ia sedikit menaikkan nada bicara, hanya sedikit sekali. Karena tiba-tiba hasrat marah besarnya hilang ketika melihat wajah pria itu yang menatap lembut matanya.

"Maaf, Ai, kamu sih susah dibilangin. Udah tahu sakit—"

"Gak seketerlaluan ini juga! Saya bisa mati bosan tahu gak?!"

Vernon tersenyum, ia mengusap pelan kepala gadis di depannya. "Sepertinya kamu udah lumayan sehat, ya. Udah punya energi untuk marah-marah."

"Saya gak marah!" seru Vanya dengan sedikit membentak untuk menutupi detak jantungnya yang memburu.

Tubuh Vernon sedikit membungkuk, menyamakan tinggi wajah dengan Vanya. "Aku cek kamu tiap jam kok, dan sejam yang lalu kamu masih tidur," katanya lembut. Ia meletakkan telapak tangan di dahi gadis itu. "Alhamdulillah udah gak panas lagi."

Vanya menepis tangan Vernon. "Tetap aja, walau cuma sejam saya sadar di UKS, ya, tetep bosan dong," kilahnya. "Lagian pakai dikunci-kunci segala."

Vernon berdiri tegak dan menatap lembut gadis di depannya. "Kamu itu batu. Kalau gak dikunciin, nanti tetap ngotot mau belajar."

"Nah, tuhkan! Saya jadi ketinggalan pelajaran!"

"Enggak, kok. Semua catatan kamu, udah aku catatin."

Baiklah, sekarang Vanya harus menguatkan hati dan tidak boleh luluh. Ia harus tetap marah dan kesal, jangan mau kalah begitu saja. "Tetap aja! Saya gak suka Anda kurung-kurung dikunciin begitu! Kejam!" Ia memasang ekspresi kesal terbaiknya. "Apa Anda bakal ngelakuin lagi, ngunciin saya dengan kejam begini!?"

Vernon berpikir sejenak. Ia melipat tangan di depan dada sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagu dan menatap gadis di depannya intens.

"Kenapa ngeliatin saya begitu?" tanya Vanya sambil menahan gugup karena merasa terintimidasi.

Vernon mendekat, sambil berkata santai, "Nanti kalau kita nikah dan kamu hamil, aku akan ngunciin kamu di rumah. Kamu gak bakal boleh ke mana-mana ...."

"Anda gila? Mau bunuh saya secara perlahan?"

"Enggak gitu, aku belum selesai. Kamu nanti boleh keluar rumah, dan pergi ke mana-mana asal sama aku," jelasnya.

"Emangnya nanti Anda gak bakalan kerja? Ha?" tanyanya emosional.

Vernon tersenyum lebar. "Aku besokkan jadi polisi. Lagian, kerjaan atau misi aku itu nangkep kamu. Jadi, aku akan selalu ada di dekat kamu dan ke mana-mana kita akan selalu bersama."

"Ini antara romantis dan menyeramkan," ucap Vanya tanpa sadar. "Eh! Hal begituan jangan dibuat becanda!"

Vernon tertawa. Wajah Vanya lucu sekali. "Ya, udah. Sebagai permintaan maaf, kita pergi jalan-jalan. Gimana?"

Mata Vanya menyipit tajam menatap pria di depannya. "Anda pikir saya bisa dibujuk pakai jalan-jalan?"

"Ditambah traktiran sepuasnya," tawar Vernon.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang