22. PERMEN🍬

140 33 66
                                    

Assalamu'alaikum ....

Mungkin ada yang heran, ini kenapa Zanu manggil adik ke si Vanya, dan sebaliknya?

Ya, dari awal2 emang begitu. Karena Zanu lebih tua, dan memang yang paling tua di kelas (ada di chapt Z.X family), tetapi bukan hanya karena itu sih, karena sebenarnya ... mereka .... Tunggu, next2 chapt, bakalan terbongkar kok. 😆

Happy reading!❤

****

Pagi ini Vanya sangat tidak bergairah. Ia mengantuk sekali, belum tidur semalaman. Ya, tadi malam ia tidak bisa tidur dan hanya berbaring sambil terdiam sepanjang malam. Ada beban di pikirannya. Beban berat yang ia pun tidak mengerti mengapa. Mengapa harus terpikir, mengapa harus seperti beban. Akibatnya, pagi ini ia mengantuk, dan otaknya lelah.

Vanya berjalan dengan susah payah menuju kelas, bahkan hampir tersandung dan menabrak orang. Ia juga memegang sebuah roti yang sudah digigit. Tadi ia tak sempat sarapan di rumah, karena terlambat menyadari jika ternyata ia sudah berpikir dan terdiam sampai pagi.

Ia melihat Vernon duduk sendirian di depan kelas sambil membaca buku. Hal itu membuat lekukan kecil di bibirnya, lalu menghampiri pria dingin tersebut dan duduk di sebelahnya.

Vernon melirik Vanya. Tampak gadis itu memakan roti dengan malas, matanya pun setengah terbuka. Sesekali ia menguap. Ia tersenyum kecil. Tiba-tiba, pergerakan gadis itu berhenti. Kepalanya tumbang ke arah lain. Dengan sigap, ia segera menangkap kepala gadis itu dengan sebelah tangan dan mengubah arah kepala ke bahunya.

"Masih pagi, sudah mengantuk," ucap Vernon dingin. Ia berucap kepada orang yang sedang mendengkur halus. Matanya melotot ketika melihat roti yang masih dipegang oleh gadis itu. Ia mengambil roti tersebut, dan berkata, "Ya, ampun, Ai, roti udah berjamur begini malah gak tahu. Asal makan saja."

Ia memandang sendu wajah gadis di sampingnya. Terlihat damai sekali ketika sedang tertidur. Namun, kalau sudah bangun, menyebalkan. "Aku yakin, keputusanku untuk menyelamatkanmu dari dulu itu sudah benar." Ia mengusap pelan kepala gadis itu. "Kamu baik, Ai. Kamu beda dari mereka. Aku tahu, kamu terpaksa melakukan semua ini."

"Acie ...."

"Masih pagi udah zina."

Vernon menaruh telunjuk di depan bibir. Memberi isyarat kepada Jodi dan Gio untuk diam. "Jodi, tolong bukain UKS."

"Asyiap, Bosque," jawabnya semangat dengan wajah menggoda.

Lagi-lagi Vernon harus menggendong gadis itu, untung saja tidak berat.

Selama perjalanan, siswa dan siswi lain tercengang melihatnya. Ada juga yang baper. Namun, tidak ada yang berani bersuara, melihat wajah datar dan dingin Vernon.

Ketika sampai di UKS, ia pun membaringkan Vanya di tempat tidur, dan menyelimutinya. "Kamu selalu bekerja keras." Ia tersenyum kecil.

***

"Vanya mana, Ver?" tanya Aya ketika melihat sahabatnya itu meletakkan tas Vanya di mejanya.

Vernon menjawab seadanya, "Tidur di UKS." Ia kembali duduk di kursinya.

Jery muncul dari arah pintu, ia berdiri di depan kelas sambil berkata, "Pak Say lagi males masuk kelas. Jadi, dia ngasih catatan, nih." Ia mengambil spidol di atas meja guru dan membuka halaman di buku cetak dengan tulisan Sejarah Indonesia di sampul. "Aku catat, siapa yang lama bakal ditinggal."

"Sekretaris sadis," ungkap Mike.

"Sadis-sadis gitu, Temmi sayang kali. Eaaak." Si ketua kelas menimpali.

INDICATOR OF LOVE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang