Aya memasuki halaman rumah Vernon. Ia melihat Vero di pintu dan langsung bergegas menghampiri. "Assalamu'alaikum, Bang," sapanya ramah sambil tersenyum.
Vero tampak sedikit terkejut. "Wa'alaikumussalam, Aya. Wah, Vernon-nya belum pulang, abang juga gak tahu dia di mana, ini abang kebetulan pulang sebentar karena ada yang mau diambil," ucapnya ramah.
Aya tertawa canggung. "Aya tahu kok, Bang. Aya mau ngasih sesuatu ke Vernon, kata dianya, taruh aja di kamar, gitu, Bang."
"Ooo ... ya, udah, langsung aja, Ya." Ia memasuki rumah diikuti Aya. "Tetapi biasanya itu anak selalu ngunci kamarnya. Coba kamu cek, itu kamarnya." Ia menunjuk dari jauh salah satu kamar, kemudian berlalu pergi ke kamarnya.
Aya menuju ke depan pintu kamar Vernon. Ia sedikit gugup jika ternyata benar kamarnya dikunci. Namun ternyata, ada kunci yang tergantung di pintu. Ia tersenyum dan langsung membuka pintu kamar tersebut. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, ia lantas menjalankan rencananya, yaitu mencari sesuatu yang menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Pasti ada. Matanya pun tertuju pada map tebal berwarna hitam yang terbuka di depan laptop Vernon di atas meja. Ia bergegas duduk di kursi sambil mengecek map. Seketika kedua alisnya terangkat, ia tampak terkejut dan menganga tidak percaya. "Detail sekali."
***
"Sebelumnya, aku akan klarifikasi maksud kedatanganku ke sini," ucap Zanu sambil duduk di antara Vernon dan Vanya. Ia tersenyum misterius, yang membuat Vanya memutar bola mata malas. "Aku justru akan membantu kalian berdua untuk mengungkap kejahatan Juand," katanya serius. "Karena kalian gak akan bisa melakukan ini tanpa X," ucapnya bangga.
Vanya menatap Zanu selidik. "Eh, XYZ, saya udah punya bukti lengkapnya."
"Dik, kamu curi bukti itu, ngasih ke polisi, diproses bentar terus lenyap, eih, belum lagi rencana ini ketahuan, ribet pokoknya kayak kisah hidup kita." Ia pun menoleh ke arah Vernon. "Aku punya rencana hebat. Abang kamu bisa kerahkan tim terbaik buat sergap Juand dan Baim secara langsung di ruang bawah tanah. Semuanya lengkap di sana."
Vernon berpikir sejenak, sementara Vanya tampak tak terima. "Eh! Kalau mereka pada kabur gimana?" tanya Vanya.
Zanu menjawab tenang, "X bisa mengunci semua jalan keluar."
"Masalah jalan rahasia? Dan bom di sana?" tanyanya lagi.
Vernon tampak heran. "Bom?"
"Ya. Saya pernah sarankan ide untuk membuat jalan rahasia di ruang bawah tanah, guna pelarian jika terjadi hal tidak terduga di sana. Kira-kira kalau terjadi penyergapan seperti ini," terang Vanya. "Terus, kalau polisi menyergap, kami bisa kabur lewat jalan rahasia, semua pintu bawah tanah akan dikunci, dan ada sebuah bom di sana yang akan aktif, dan ... meledak! Semua polisi dan barang bukti akan hancur di sana."
"Kamu sadis sekali."
"Ya, untuk jaga-jaga," jawabnya sambil tertawa canggung.
"Nah! Kamu jangan lupa, siapa pengendali itu semua. Serahkan semuanya kepada X. Tidak akan ada yang kabur, dan bom itu akan aman," kata Zanu yakin.
Vanya menatap Zanu selidik. Kemudian, ia bersorak senang. "Yes! Akhirnya Anda ada gunanya juga, Bang! Mari kita jalani misi ini!" serunya senang.
"Ide bagus! Aku akan atur masalah kepolisian, kalian masalah Juand dan ruang bawah tanah." Vernon terlihat bersemangat.
"Tentu saja abang berguna! Ahli teknologi, dan tukang pukul itu harus saling melengkapi," ucap Zanu sambil menepuk-nepuk bahu Vanya, sehingga gadis itu menatapnya tajam. "Eh, ngomong-ngomong nanti kamu ajarin abang pakai pistol, ya. Abang mau nyingkirin Juand."
KAMU SEDANG MEMBACA
INDICATOR OF LOVE (✔)
Teen Fiction[Sebelum baca, follow Setiga dulu sabi kali, ya.😎] Bayangkan jika saat ini kamu memiliki geng persahabatan yang terdiri dari dua cewek dan tiga cowok. Kalian sudah seperti keluarga dan selalu bersemangat untuk memecahkan kasus-kasus yang terjadi. N...