6. Calon Ibu?

7.2K 414 41
                                    

Diantara bahagia dan merasa hina
-Jasiyah

***

Ba'da isya seorang wanita bercadar tengah berjalan dibawah penerangan yang minim. Ia memeluk tas ranselnya, berjalan dengan sedikit tergesa. Dari matahari terbit hingga terbenam ia mencari pekerjaan tapi tak kunjung dapat, maklum saja, ia hanya lulusan SMK jurusan Akuntansi. Ditambah penampilannya yang sangat tertutup menyulitkan dirinya untuk mendapat pekerjaan.

Dinginnya angin malam begitu menusuk hingga ke tulang. Ia sesekali menengok kanan dan kiri, sepi. Hanya ada suara gesekan daun yang terkena angin. Berbeda dengan suasana beberapa minggu yang lalu ia singgahi, suara gemuruh kendaraan yang tiada henti. Lingkungan yang keras begitu mengerikan. Jasiyah tidak akan menginjakkan kakinya lagi di kota itu. Kota dimana ia kehilangan kehormatan yang ia jaga selalu dengan cuma-cuma. Mengingatnya saja sudah membuat dada Jasiyah sesak. Tak ikhlas tapi sudah terjadi. Mungkin ini jalan Allah untuk menguji kesabarannya, semoga Allah mengangkat derajat Jasiyah.

Jasiyah berjalan sedikit menepi karena dibelakang terdengar suara mesin mobil. Langkahnya terhenti oleh suara pria yang tidak asing di indera pendengarannya.

"Jasiyah!"

Jasiyah menengok dan menyipitkan matanya karena sorot lampu mobil tepat diwajahnya.

Pria itu berjalan menghampiri Jasiyah.

Seketika mata cokelat Jasiyah membulat ketika melihat pria yang sudah dihadapannya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab Jasiyah

"Syukur bertemu disini"

Alis tebalnya menaut keheranan. Jasiyah tak menjawab, mencoba mendengarkan penjelasan pria yang dihadapannya itu.

"Sebelumnya sudah saya kabarkan bukan kalau saya akan kemari malam ini bersama kedua orang tua saya untuk menemui nenek kamu?"

Mata Jasiyah membulat kembali, perlahan ia melirik mobil yang berada dibelakangnya, didalam mobil itu ada orang tua Adam? Benarkah? Pria ini serius dengan wanita kampung yang bukan gadis lagi? Yaa Allah harus apa Jasiyah sekarang?

"Tapi tidak ada balasan satupun dari kamu" lanjut pria itu.

Jasiyah menepuk keningnya sebentar. Ia lupa, ponselnya ia jual 2 minggu yang lalu untuk membeli obat Jidahnya.

"Maaf" sedari tadi ia bungkam, hanya kata maaf yang Jasiyah lontarkan.

Adam menggeleng. "Tidak apa-apa"

"Ya sudah kalau begitu kamu ikut saja dengan kami."

Jasiyah menggeleng. "Tidak perlu repot-repot, rumah saya diujung jalan sana" ucap Jasiyah seraya menunjuk jalan yang sedikit redup.

"Sudah dekat. Lebih baik kamu naik mobil mu biarkan saya jalan mengikuti mobil mu itu." Lanjutnya.

"Saya yang akan mengikuti mu dari belakang"

Untuk menghindari fitnah Jasiyah mengangguk saja. Lalu ia pun melanjutkan jalannya, sedangkan Adam masuk kedalam mobil untuk mengikuti Jasiyah sesuai permintaannya.

***

Wanita berambut pirang sudah kehabisan kesabaran mengurusi ibu mertuanya. Saat ini ia tengah membersihkan pecahan gelas yang dipecahi ibu mertuanya --Aura.

Dibalik Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang