19. Pilihlah Satu

6.1K 510 50
                                    

Terkadang aku berpikir tentang kehadiranku dan tentang keberadaanku.
-Jasiyah

***

Jasiyah baru saja selesai mandi, siang ini ia berniat ke rumah sakit untuk kontrol kandungannya. Ia khawatir pada kandungannya dengan kondisi Jasiyah yang seperti ini. Ia takut calon buah hatinya tidak baik-baik saja jadi ia putuskan siang ini memeriksanya.

Perlu diketahui, saat ini dan seterusnya Jasiyah tidak tidur di kamar pembantu lagi tapi sekarang ia tidur di samping kamar Aura. Beliau memarahi Nisfal habis-habisan ketika ia mengetahui bahwa Jasiyah tidur di kamar pembantu. Bagaimana bisa Nisfal sekejam itu?

Ketika Jasiyah keluar kamar, Aura juga keluar kamar. Keduanya saling menoleh dan tersenyum.

Aura nampak keheranan ketika Jasiyah membawa tas kecil di pundaknya. "Kamu mau kemana, Jasiyah?" Tanya Aura.

"Saya mau periksa kandungan, Bunda."

Aura menganggukan kepalanya. Lalu ia bertanya kembali. "Sudah izin ke Nisfal?"

Jasiyah diam.

Sekitar pukul setengah enam pagi, Jasiyah tengah nyusun sarapan dimeja makan. Tak lama, pria yang memakai kaos polos putih tiba-tiba duduk di dekat Jasiyah, tangan kekarnya meraih gelas dan menuangkan air putih kedalam gelas itu. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari keduanya, hingga Nisfal hendak beranjak Jasiyah memanggil Nisfal. Pria itupun menoleh dan mengangkat alisnya satu, mengisyaratkan 'ada apa?'

"Nanti siang saya akan periksa kandungan, Tuan mengizinkan?" Tanya Jasiya hati-hati.

Nisfal diam sebentar. "Pergi saja, saya tidak peduli."

Jasiyah mencerna kalimat Nisfal lebih dulu, ada kalimat 'pergi saja' berarti Nisfal mengizinkan walau akhir kalimat terdengar sangat menyakitkan.

"Sudah, Bun. Tadi pagi."

"Kamu pergi sendiri?" Tanya Aura diangguki oleh Jasiyah.

"Lho, Nisfal'kan ambil cuti hari ini. Coba minta antar sama dia saja."

Jasiyah melongo. Minta antar Nisfal? Yang benar saja, lebih baik ia naik angkot dari pada berurusan dengan pria itu. Tapi kalau Nisfal mau ya Jasiyah sangat senang sekali. Tidak akan menolak.

"Sebentar, Bunda yang suruh dia." Kata Aura seraya meninggalkan Jasiyah dengan hati yang tak jelas detaknya.

***

Nisfal dan Aurel baru saja memegang gagang pintu. Tapi suara melengking Aura menahan kegiatan itu. Nisfal menoleh, begitupun dengan Aurel. Wanita berambut pirang itu mendengus kesal.

"Kamu mau kemana? Antar Jasiyah ke rumah sakit dulu, dia mau periksa kandungan katanya."

Aurel membelalakan matanya ketika ia mendengar ucapan Aura.

Mata Aura meneliti penampilan Aurel yang sangat mencolok. Wanita itu memakai dress hitam diatas lutut tanpa lengan dipadukan dengan tas berwarna gold, tak lupa sepatu senada dengan tas. Cantik memang, tapi membuat mata Aura sakit. Berbeda dengan Jasiyah, penampilannya sangat menyejukan mata. Walau ia tidak memakai apapun, tapi begitu cantik dan anggun.

"Kami mau makan siang, Bunda." Jawab Aurel.

Aura menghiraukan jawaban Aurel. Ia justru menatap Nisfal.

Dibalik Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang