1. Sedikit Tatap

12.6K 601 37
                                    

Matanya begitu syahdu, siapapun yang melihat dibuat candu.

***

Malam ini, lautan orang duduk di lapangan luas untuk memanggil, menyebut, serta mengobati rasa rindu kepada sang pemilik rindu. Rasulullah.

Dua gadis bergamis hitam tengah berjalan dari parkiran ke pusat acara karena acara ini lumayan jauh dari parkiran. Hijab mereka berkibar di terpa angin malam, sesekali cadar yang dipakai salah satu gadis itu sedikit menyingkab membuat gadis bercadar itu memegangi bawah cadarnya.

Ketika sampai di tempat acara dua gadis itu menengok ke kanan dan kiri, mencari tempat yang kosong untuk mereka duduki. Sudah sangat padat, padahal baru jam setengah delapan malam sedangkan acara dimulai jam sembilan. Luar biasa jamaah Nurul Musthofa ini. Setelah menemukan tempat yang sedikit ruang akhirnya mereka duduk di dekat tirai pembatas antara jamaah pria dan wanita, sangat jauh dari panggung, mereka berada cukup belakang.

"Sepertinya kita telat datang." Ujar Nadira, wanita yang tidak memakai cadar.

Wanita bercadar itu mengangguk lalu mengalihkan pandangannya dari depan ke Nadira.

"Iya. Tapi gak apa-apa, yang penting rindu dengan Rasulullah terobati, tentunya dengan Habib Hasan juga..." ucap yang diakhir kalimat ia terkekeh.

"Hush! Habib Hasan sudah punya istri, Jasiyah!"

Ya, wanita bercadar hitam itu Jasiyah. Ia pun tertawa, tak terlalu keras tapi Nadira mampu mendengar.

"Aku hanya bercanda, Dira" seru Jasiyah.

Nadira mendelik dan mengangkat kedua bahunya, sahabatnya memang selalu membuatnya naik darah. Tapi jika Jasiyah tidak ada bersamanya Nadira seperti ada yang hilang. Begitulah sahabat, antara ada dan tiada.

Setelah itu keduanya bungkam. Menunggu acara dimulai. Tiba-tiba tirai pembatas yang di samping Jasiyah terlepas lebih tepatnya putus. Ia menoleh hanya ingin tahu kenapa bisa putus. Saat menoleh matanya bertemu mata yang berada disebrang. Seorang pria memakai koko putih dengan plat hitam di dadanya juga sedang menatapnya dengan lekat. Buru-buru Jasiyah memalingkan pandangnya lalu beristigfar dalam hati. Ia melupakan putusnya tirai.

Setelah itu Jasiyah sedikit berbincang dengan Nadira. Ia kelihatan begitu bahagia berada ditengah-tengah jamaah Nurul Musthofa. Majelis ini adalah salah satu majelis shalawat terbesar di Indonesia, jamaahnya pun tidak main-main banyaknya bisa sampai ribuan. Pimpinan Habib Hasan sejak beberapa belas tahun yang lalu.

"Assalamualaikum..." sebuah suara yang membuat Jasiyah dan Nadira menoleh.

Mata Jasiyah menyipit menandakan ia sedang tersenyum dibalik cadarnya.

"Waalaikumussalam." Jawab Jasiyah dan Nadira.

"Ada yang saya ingin sampaikan." Jawab pria yang memanggil tadi. Pria yang menatap Jasiyah sebelumnya.

Keduanya mengernyit.

"Ada apa?" Kini suara Nadira yang keluar.

Pria yang berada di sebrang Jasiyah meliriknya sekilas. Lalu berucap.

"Saya punya niat baik dengan mbak ini." Ucapnya dengan tegas sembari melirik Jasiyah.

Nadira menegang tapi Jasiyah lebih parah.

Dibalik Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang