30. Assalamualaikum, Tuan

7.1K 516 42
                                    

Matamu terbuka saja sudah membuat bahagia. Sehat-sehat, ya.
-Nisfal

***

Gadis yang memakai kerudung segitiga berwarna dustypink itu sedang memasukan beberapa bajunya. Serta beberapa lembar uang berwarna merah ke dalam dompet hitamnya. Tidak ada senyuman sama sekali di wajah mungilnya. Yang ada hanya segurat garis kecemasan.

Tak lama kemudian, suara pintu di ketuk beberapa kali. Rifa pun menggendong ranselnya, sebelum benar-benar pergi ia sempatkan bercermin sebentar memastikan ia sudah rapi.

"Waalaikumussalam, lho? Kok ada Kak Adam juga?" Tanya Rifa. Awalnya Rifa sudah janjian akan ke Jakarta bersama Nadira. Tetapi Nadira justru bersama Adam.

"Iya, saya yang akan ngantar kalian. Sekalian saya juga mau jenguk Mbak Jasiyah." Adam yang menjelaskan.

Rifa hanya menganggukkan kepalanya. Lalu mengunci pintu rumah. Mereka langsung berangkat ke Jakarta menit itu juga.

Di perjalanan Adam banyak bertanya soal darimana dan kemana rumah Jasiyah. Rifa pun menjelaskan dengan detail sehingga Adam mengangguk paham.

"Yang depan itu, ya?" Tanya Adam seraya menunjuk rumah mewah berwarna putih.

"Iya kak, yang itu."

Adam pun memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang berwarna hitam. Lalu Rifa dan Nadira turun untuk menekan bel. Beberapa kali tak ada tanda-tanda gerbang dibuka. Namun yang ketiga kalinya, seorang wanita bergamis coksu keluar. Lalu matanya membelalak ketika melihat siapa yang datang.

"Masyaallah, kalian kesini kenapa nggak bilang?" Sambut Wawa seraya cipika-cipiki pada keduanya.

"Aku udah bilang ke Pak Nisfal kok bu." Jawab Rifa seraya tersenyum.

"Oh pantas, sejak kemarin beliau belum pulang kerumah karena nemenin kakak kamu dirumah sakit."

Hati Rifa mencelos mendengarnya.

"Sebenarnya, Teh Jasi itu sakit apa bu?

Wajah Wawa terkejut. "Lho, memangnya kamu belum tahu?"

Rifa menggeleng lemah.

"Kakak kamu sakit---"

"Assalamualaikum, bu." Salam Adam yang tiba-tiba turun dari mobil.

Semua menoleh. "Waalaikumussalam, ada Adam juga?"

Adam senyum tipis dan mengangguk. "Iya, bu."

"Oh kalau begitu mari masuk dulu."

"Ah nggak usah repot, kami niatnya ingin menjenguk Jasiyah. Dia dirawat di rumah sakit mana, Mbak?" Kata Nadira yang sejak tadi diam.

"Awalnya dia di RS. Sentosa tapi dipindahkan ke RS. Anugerah."

Deg.

Rumah sakit itu bukannya rumah sakit pusat kanker di Jakarta? Siapa yang sakit kanker? Siapa yang dirawat di sana? Ada apa ini sebenarnya?

"Maksud Mbak, Jasiyah dirawat disana? Itukan rumah sakit khusus kanker, Mbak! Memangnya tidak ada rumah sakit lain?" Ujar Nadira.

"Justru itu, Jasiyah harus mendapat penanganan secara intensif disana. Kankernya sudah menyebar ke organ-organ."

Dibalik Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang