Bukan Allah yang tega. Namun kita salah dalam menata keluarga. Hukumnya, ketetapannya, tidak ada yang bisa ditawar. Sekalipun kita berusaha tanpa gencar.
***
"Ceraikan saya, Tuan."
Tertegun. Nisfal yang baru masuk dan baru saja duduk di samping bangsal Jasiyah dengan senyum yang ceria tiba-tiba senyumnya sirna akibat satu kalimat yang mematikan.
Satu kalimat yang membuat jiwanya terbang dari tubuh Nisfal detik itu juga.
Sedangkan wanita yang baru saja mengucapkan kalimat tersebut menunduk dalam diam. Hatinya hancur mengatakan seperti itu. Satu kalimat yang tidak seharusnya diucapkan namun ia ucapkan. Karena ini memang jalan yang terbaik, jalan yang di ridhai Allah. Percuma jika ia tetap bersama namun hubungannya dilarang oleh agama, yang terjadi hanyalah zina. Jasiyah tidak mau itu terjadi.
"Tuan, cera--"
"Apa maksudmu?" Sela Nisfal dengan nada dingin. Nada itu terdengar kembali seperti pertama kali Jasiyah baru mengenalnya. Mengerikan.
"Saya ingin pisah..." lirih Jasiyah.
"Kenapa?"
"Sebab, hubungan kita ini haram. Tidak diperbolehkan dalam agama. Tuan tahu apa penyebabnya?"
Nisfal diam. Memandang Jasiyah dengan tatapan dingin. Sedangkan Jasiyah menatap Nisfal dengan sedikit rasa takut, air matanya bercucuran sangat deras seperti air yang kerannya rusak.
"Sebab, bukan Tuan yang menggauli saya. Seperti Surah An-Nisa ayat 3 yang artinya laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. Dari ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa pria menikahi wanita yang sedang hamil bukan karenanya itu haram dinikahi. Diperkuat dengan hadits Rasulullah siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan ia menyiramkan airnya ke tanaman orang lain. Saya tau, pasti Tuan paham maksud dari hadits tersebut. Seseorang jangan menyiramkan airnya (mani) ke tanaman (rahim) yang sudah ada pemiliknya. Jujur, saya baru sadar ketika saya siuman kala itu. Penjelasan Tuan bergulat dipikiran saya, akhirnya saya mencari dalil tentang hal tersebut di kitab saya." Jelas Jasiyah seraya menganggat Alquran dengan tergetar.
Membeku. Nisfal benar-benar sudah kehilangan kata untuk berbicara. Ia sudah kehilangan kalimat untuk mengelak. Penjelasan Jasiyah sudah sangat jelas, Nisfal pun baru menyadarinya. Mengapa ia sebodoh dan seteledor itu dalam menikahi seseorang tanpa melihat seluk-beluk yang akan terjadi. Mungkin Nisfal terlalu takut wanita ninjanya jatuh ke genggaman orang yang salah. Nisfal takut wanita ninjanya setiap hari dilukai hatinya karena ulah sang suami.
Kais.
Nisfal harus bicara dengan pria itu. Pria bejad yang menodai berlian cantik.
Nisfal bangun dari duduknya, perlahan mundur dan keluar dari ruang inap Jasiyah tanpa sepatah kata apapun.
Mata Jasiyah menjangkau kepergian Nisfal. Ia meremas dadanya yang begitu sesak. Ia menangis dengan tersedu-sedu menelan kepedihannya sendiri, rasanya seperti ada duri, begitu perih dan menyakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Doa
EspiritualAda seuntai doa yang tak pernah lupa dipanjatkan. Dibalik doa, Jasiyah selalu selipkan nama seseorang agar segera dapat hidayah. Rasanya miris sekali melihat atasannya hidup tak tentu arah seolah terjebak dalam dunia yang fana. Jasiyah ingin menolon...