18. Senyuman Jasiyah

6.2K 506 42
                                    

Mengulas senyum hanya untuk menghapus luka yang dioles.

***

Malam ini Jasiyah tidur dikamar pembantu lagi. Sebab Aurel sudah kembali, tidak peduli bagaimana reaksi Aura mengetahui kalau dirinya tidur dikamar pembantu, memang itu tempatnya kan?

Jasiyah membuka cadar hitamnya, ia berbaring meringkuk di kasur single. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri seraya berkata dalam hati.

Hei! Semangat, sedikit lagi.

Kata-kata itulah yang membuat Jasiyah bertahan sampai detik ini. Entah mengapa, seperti ada dorongan dari kata itu agar Jasiyah bisa terus kuat menghadapi segala hal.

Ingin sekali rasanya Jasiyah menumpahkan segala keluh kesahnya pada seseorang, dipinjamkan bahu untuk bersandar. Barangkali itu bisa mengurangi bebannya, tapi pada siapa?

Pada siapa ia bercerita?

Darimana ia mulai bercerita?

Semuanya terasa berantakan. Jika ia tidak mengingat Allah, mungkin Jasiyah sudah tidak kuat menjalani kehidupannya. Karena Allah lah yang mengerti, Allah lah yang menyembuhkan segala luka.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28)

Jasiyah percaya, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram dan damai. Dan sudah terbukti, hati Jasiyah sedikit lebih damai setelah membaca quran. Masyaallah, tidak ada duanya.

Dering ponsel Jasiyah membuat ia bangun dari tidurnya. Tertera dilayar itu muncul nama Nadira. Jasiyah mengulas senyum, sebelum mengucapkan salam ia menarik dan menghembuskan napas secara perlahan lalu tangannya menghapus bekas air mata dipipinya. Nadira tidak boleh tahu kalau dirinya habis menangis, Nadira hanya boleh tahu bahwa Jasiyah merasa sangat bahagia berada di Jakarta.

Assalamualaikum, Dira ku!

Waalaikumussalam, calon ibu! Apa kabar nih?

Jasiyah diam sebentar lalu menjawab pertanyaan Nadira dengan semangat.

Alhamdulillah, baik. Sangat baik. Kamu bagaimana?

Sama seperti kamu. Ah ya, aku menelponmu karena aku mau mengundang ke acara pernikahan aku.

Demi apa kamu mau nikah? Sama siapa? Kenapa tidak pernah cerita, Dira....?

Tanya Jasiyah yang bertubi-tubi.

Hm... sama Mas Adam. Aku akan menikah dengannya.

Duar!

Jasiyah terdiam sejenak. Berita apa lagi ini? Belum saja lukanya sembuh, ia sudah mendapatkan luka lagi.

Ya Allah apakah dengan cara seperti ini Kau mengujiku?

Wah masyaallah! Selamat ya sayang, semoga Allah mempermudah niat baik kalian.

Dengan semangat Jasiyah mengatakan begitu. Bagaimana pun juga, Nadira sahabatnya dan Adam bukan siapa-siapanya jadi buat apa Jasiyah marah? Ya walaupun Jasiyah dulu pernah mengaguminya. Tapi tak apa, ia juga sudah memiliki suami walau suaminya belum menganggapnya istri.

Tapi kamu tidak marah, Jasi?

Buat apa aku marah?

Itu...

Dibalik Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang