Manusia memiliki topeng lebih dari satu. Jadi, untuk apa kamu terlalu menuduh orang lain munafik kalau memang takdirnya manusia memiliki banyak ekspresi untuk ditunjukan. Entah itu tulus atau memang terjadi secara reflek.
---
Sudah di rumah.
Gadis mungil dengan rambut sepinggang acak-acakan itu mondar-mandir didalam kamarnya.
Ini sungguh membuatnya takut. Sampai di rumah ada kado lagi dengan ukuran lebih kecil berisi lipcream berwarna hitam dan surat kecil.
Belakang rumahmu. 20.00. Bawalah lipcream itu. Temui saya tepat waktu.
Tubuhnya bergetar hebat. Dia memegangi kertas berukuran kecil seukuran ponselnya itu. Dia tidak sanggup menangis tetapi yang dirasakannya adalah...
...TAKUT... TAKUT MATI.
---
Sudah setengah delapan malam.
Sepi...
Parah, ibundanya bilang dengan mendadak kalau hari ini tidak pulang. Bibi Midah? Ah, dia harus pulang ke rumahnya karena anaknya sakit.
Sendirian...
Dengan baju kesehariannya ini, Lopa dengan penuh rasa takut itu turun dan segera ke belakang rumahnya. Tentu, karena selain rasa takut tetapi dia juga penasaran siapa pelakunya?
Selama dia berjalan, dia berpikir sosok itu adalah Athanase. Namun, jika salah. Mungkin, dia suruhannya. Entah mengapa, dia lebih menuduh kepada Atha. Itu karena dia melihat sendiri dua hari sebelum ini, sosok yang didambakan secara visual itu oleh seluruh cewek-cewek di sekolahnya.
Sampai dibelakang rumah. Hanya ada angin yang juga menggelitiki seluruh tubuh Lopa. Gadis itu terkejut melihat sosok tinggi membelakanginya.
Mereka terpisah jarak karena kolam renang. Sosok itu berada disebrang sana, tepat juga saat Lopa berdiri disini dibelakangnya.
"tetap disitu, jangan mendekat kesini." itu perintah.
Lopa menghela napas, "kamu siapa?" Tanya Lopa begitu hati-hati.
Dia tidak menoleh hanya memiringkan kepalanya.
Ah, pakai masker. Kenapa tidak dibuka saja? Kita buka-bukaan, tidak usah misterius.
Terkekeh, sosok itu terkekeh?
"aku tanya, harus kamu jawab dengan cepat."
Perintah? LAGI!
"iya, tapi kumohon jangan membuat hidupku seperti dikejar stalker ataupun sejenisnya itu. Beberapa hari ini ak-"
"Sst..."
Lopa bungkam.
"dilindungi atau ditonton aja?"
1,2,3,4,5...
"CEPET!" bentaknya.
"dilindungi lah!" Jawab Lopa cepat.
"Oke."
Dan pergi begitu saja. Lopa yang ingin menghentikan sosok itu tapi harus gagal karena ia takut.
Drrt...
Ponselnya berbunyi. Cepat- cepat ia membukanya.
Mulai besok, kalau kamu ada yang neror ataupun sejenisnya. Tulis ketakutan kamu disticky note yang sudah aku sediakan, cari di kamar lo nanti. Tulis ketakutan kamudisticky note itu dengan lipcream yang udah aku kasih juga dan taruh diloker nomor 13.
Tangannya kembali bergetar. Siapa pemuda ini? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Dan satu milyar kenapa? Berderet mengantre untuk dijawab.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?
Random"Kalian akan mati..." - Athanase Atlantuise Cerita ini mengandung banyak kesadisan. Dimohon pengertian, terima kasih. CERITA SUDAH TAMAT