44. Akhir yang akhir

242 13 0
                                    

"The last one I think of now is the last one that I breathe today."


Playlist : Nightcore version - Don't Watch Me Cry on Shiro channel.

---

"Misimu gagal, Migas?" Tanya sosok laki-laki yang berpuluh tahun tak mungkin bertemu?

Migas memegangi Resya supaya gadis itu berdiri tegak. Dia masih bergetar hebat.

"Apa maksudmu? Semua ini? Ada apa?"

Migas, Migas mengucapkannya sangat rintih karena dia sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Dia sudah tak mampu lagi membaca semua situasi ini. Semuanya?

"Aku juga tidak tahu, hanya saja ini sedikit membingungkan." Itu sangat meledek Migas.

Pemuda itu menurunkan Resya. Dia lalu mendekati sosok itu yang menghalangi cahaya dari balik punggungnya. Migas hanya bisa pasrah.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya sekali lagi seorang Migas.

Terlihat sedikit senyum yang diperlihatkan oleh dia.

"Seorang Vigas Mirecleine hanya bermain-main sedikit dengan dunia. Ya, itu saja." Oh?

Migas terkekeh kecil, dia menatap pemandangan diluar gedung ini. Kaca yang begitu tebal sekaligus sangat bening, sangat memperlihatkan keadaan kali ini.

Sosok yang bersama Migas dalam misi ini sudah sampai, dia membawa unit yang mereka butuhkan. Sosok itu melambaikan tangan kepada Migas.

"Kau tak akan bisa lari kemana pun yang kau inginkan." Itu dia, mengapa Migas sangat membenci ayahnya.

"Sebenarnya, ada apa?" Sekali lagi.

Vigas tertawa keras, dia tertawa seperti seorang iblis yang bebas dari sangkarnya. Migas mengepalkan tangannya, sangat kuat.

Bugh!

Pemuda itu membuat iblis tadi tersungkur di lantai. Dia sangat emosi saat ini. Dia harus membawa Lopa dan mencari kebebasan. Bukan disini, ini tempat yang sangat tidak cocok untuk hidup bahagia.

Migas menoleh sebentar kearah Resya yang menangis. Dia lalu mengarahkan dirinya untuk masuk kedalam ruangan uji coba itu. Saat itu juga, dia siap dengan pistol ditangannya. Barangkali ada oknum yang tiba-tiba saja melawan dirinya.

Namun...

"Mereka menyedihkan, ya?"

Migas terhenti, dia berbalik lagi. Sekali iblis tetapilah iblis, ayahnya masih bisa hidup bahkan dia tersenyum kearah dirinya. Migas tak berhenti, dia menodongkan pistolnya kearah iblis berwujud manusia itu.

"Aku sedikit bermain-main, 'kan?"

Migas bercucuran keringat, dia sangat emosi.

"Migas, kalau kau juga seperti itu. Aku pun bisa."

Bodoh! Migas langsung menoleh kebelakangnya. Ada banyak orang yang entah mengapa berubah wujud menjadi monster. Dibalik kaca yang ia punggungi itu, sebagian warga Metro mungkin disitu. Jika ayahnya menembakan kearah kaca itu maka kemungkinan besar adalah Migas pasti terkena juga.

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang