8

1.2K 58 2
                                    

Tidak, manusia tidak juga jahat maupun baik. Mereka akan menunjukan itu semua diwaktu dan tempat yang mereka inginkan. Itu terjadi secara alamiah, itu wajar. Justru yang tidak wajar adalah... saat kamu terlalu nyaman dan bertahan pada salah satunya. Jahat maupun baik.

---

Itu mata mereka! Kenapa melihatku seolah ingin menerkamku? Kesal sekali! Hanya karena kemarin tidak sengaja, lagian Asada itu cari perhatian...

Lopa berjalan dengan langkah yang tersentak-sentak. Semua orang membicarakan dirinya karena masalah kemarin. Asada membantunya, itu kan wajar. Soalnya, dia menabrak Lopa sampai tersungkur.

"eh... Kamu? Yang kemarin bukan?" ucap seseorang dibelakang yang menggema dan membuat Lopa mematung.

Takut-takut Lopa menoleh, terkejut. Asada tersenyum manis sambil berjalan menuju dirinya. Dengan satu tangannya yang dimasukan kedalam saku.

Kalau dilihat, seragamnya belum senada dengan dirinya. Lopa dengan atasan merah muda dan rok kotak-kotak berwarna merah. Sedangkan dia? atasan putih dengan jas biru dongker berlambang tiga garis putih dengan tulisan 'SENTURY' ditengah-tengahnya dan bawahan biru dongker kotak-kotak.

Anak Sentury, sekolah seni khusus laki-laki... Didepannya. Tersenyum sangat manis.

"Kamu dijurusan apa?" tanyanya dengan lembut.

Astaga semua orang melihat lagi!

"Jurusan seni umum." jawab Lopa sepenuh hatinya.

Lagi, tersenyum.

"WOW! Aku mengambil jurusan dance and musikal perform. Dimana ya?" tambahnya.

Jangan lama-lama, aku mohon.

"Jadi, kamu mau aku antarkan?" tanya Lopa was-was.

Please... jangan.

"Itu gedungnya disana!" ujar Lopa sambil menunjuk dengan tangan kirinya.

Disana, tidak tepat digedung yang sekarang mereka tapaki. Lebih jauh.

"jauh ya?"

Lopa mengangguk cepat.

"Itu gedung D, ini gedung A. Karena ini khusus untuk jurusan yang lebih dari dua paket keahlian." jelas Lopa yang terburu-buru.

Pemuda itu mengangguk. Tandanya, dia paham penjelasan Lopa.

Lalu, senyum lebar tercetak diwajahnya.

"Thank you."

Lopa lagi-lagi hanya bisa mengangguk.

Setelah pemuda itu pergi, Lopa seolah luruh ke tanah dan lega rasanya. Dia menghela napas berat lalu dengan segera dia berlari kecil menuju kelasnya.

---

Selama di kelas, Lopa masih gagal move on dengan pemuda tadi pagi. Kulit yang tidak putih sekali tapi juga tidak hitam, sedang saja. Rambut ombre gabungan coklat gelap dan terang. Hidung mancung, bola mata berwarna coklat gelap dan tentu tinggi badan melampaui batas itu.

Tampan, idaman... kesukaan bundanya. Tak terasa, senyuman terukir diwajahnya.

Sialan! Seperti ini sekolah ditempatnya para bibit-bibit unggul berkumpul.

Senyum pahit pun tercetak diwajahnya setelah senyuman tulusnya itu tak bertahan lama.

---

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang