21

479 23 0
                                    

"Siapa yang memiliki sisi gelap itu? Kamu harus yakin atau kalau tidak, kamu terjebak sendirian."

---

Dipagi hari, setelah satu minggu membuat keputusan. Lopa dan Ryujin selalu mencari berkas bukti entah itu berbentuk fisik maupun bukan. Dan kini, mereka berdua didepan rumah berlantai tiga.

Ryujin mencoba membuka pintu gerbang yang disatukan dengan rantai berkarat. Rumah ini sudah tua, tampak seperti tidak ada penghuninya tetapi... Mereka mendapatkan alamat ini karena seseorang yang mereka sudah perkirakan dan dia adalah teman satu kelas mereka. Chanhi Park, pemuda berdarah Korea Selatan itu adalah antek-antek THE ARTIST.

"menurutmu, di kelas kita apakah ada antek-antek dari THE ARTIST?" tanya Lopa.

Sedikit jeda sebelum lawan bicaranya memulai. Ryujin menghela napas sedikit berat.

"Sepertinya..."

Dan, memang pemuda yang sering dipanggil Chan itu adalah antek-antek pengawas sekolah bagian barat. Itu artinya, ada pengawas bagian utara, selatan dan timur di sekolah ini serta merekalah kunci untuk masuk kedalam dunia misterius THE ARTIST.

Suara rantai itu terlalu keras, kedua gadis itu tersentak dan sedikit ketakutan.

"Kita harus tenang, 'kan?" tanya Ryujin sedikit gemetar.

"Tenang seperti air tanpa bebatuan." Jawab Lopa begitu menenangkan.

Mental mereka sudah mantap. Mereka harus menginterogasi orang yang tinggal ditempat ini. Seorang kakek tua yang disebut-sebut sebagai seseorang yang telah membangun THE ARTIST.

Sampailah mereka didepan pintu utama dari rumah ini. Degupan itu tak bisa mereka berdua tolak, mereka harus bertemu seorang sepuh dari sekolah mereka.

"Ada apa?"

Mereka berdua tersentak, seorang perempuan sekitar umur 32 tahun-an itu tersenyu manis kepada Lopa dan Ryujin.

"Kami ingin menemui Tuan Milliun, adakah beliau di rumah?" sedikit berhati-hati. Itulah pertanyaan Lopa.

"Tuan, ada yang ingin bertemu anda. Dua orang gadis dari sekolah anda dulu. Sepertinya itu penting." Ucap perempuan itu dengan benda kecil yang tiba-tiba ada ditelinganya.

Sontak, itu membuat Ryujin dan Lopa terkagum. Itu hebat untuk ukuran seorang pelayan atau bahkan bukan?

"Apa kau pelayan disini?" Tanya Ryujin seketika.

Perempuan itu masih menunjukan senyumanya.

"Perkenalkan, namaku Lusi. Aku pelayan sekaligus bodyguard Tuan Milliun. Bagaimana? Apakah kalian ingin kuantar ke ruangan Tuan besar?" begitulah jelasnya.

Mereka berdua mengangguk dan mengikuti langkah Lusi. Seketika, pintu masuk tadi tertutup rapat membuat kedua gadis itu lagi-lagi tersentak.

Sepuluh menit berjalan, akhirnya yang ingin mereka datangi sudah didepan mata.

"Mari, aku antar sampai kedalam nona-nona muda." Ucapnya begitu lugas.

"terima kasih." kata mereka berdua bersamaan.

Saat masuk, pemandangan didalam sini adalah kamar sekaligus kantor. Dan, perempuan-perempuan hampir telanjang menatap Lopa dan Ryujin seolah ingin menerkam.

"Tuan Milliun, tamu anda sudah disini." Ungkap Lusi.

Setelah itu, Lusi menoleh kearah Lopa dan Ryujin berdiri.

"Tunggu sebentar..."

Perempuan itu melewati Lopa dan Ryujin untuk keluar kamar ini tetapi...

"Aku ingin berpesan kepada kalian, hati-hati." lanjutnya.

Blam! Pintu tertutup. Dan semua perempuan itu pergi untuk menyibukkan diri mereka lagi serta sesosok rambut blonde keluar dari ranjang dipenuhi dengan warna merah itu.

Ryujin menggandeng tangan Lopa sangat erat. Seperti saling memberikan kekuatan.

"Oh... Selamat siang nona-nona muda." ucapnya begitu ramah dan...

Dia sejenis laki-laki mata keranjang.

"Tenang saja, tak usah tegang. Aku tidak akan menyerbu kalian kalau tanpa izin kalian. Ayo, duduk disini." Ungkapnya sedikit ada guyonan didalam kalimat itu.

Mereka berdua menurut dan duduk menghadap laki-laki ini.

"oh ayolah, wajah kalian tegang dan ketakukan. Aku tidak suka situasi seperti ini. Relaks nona muda! Just relax!" tuturnya begitu bersemangat.

"Apakah anda juga terlibat dalam  pembuatan organisasi THE ARTIST di sekolah kami?" tanya Lopa dengan penuh ketegasan.

"Waw! Kau terlalu serius nona. Oh ya, itu juga sekolahku dulu. Iya, aku salah satu donator yang membuat THE ARTIST. Tetapi nona..."

Menggantung.

Laki-laki itu tertawa keras melihat dua gadis yang begitu seksi dan memenuhi hasratnya menunggu kelanjutan kalimatnya. Baiklah, itu yang ada dipikiran pak tua genit.

"Kami sedang serius, bukan begitu Pak Tua?" tandas Ryujin dan laki-laki yang bernama Tuan Milliun berhenti.

"baiklah, THE ARTIST itu bukan organisasi. Itu tempat bersantai anak-anak orang kaya. Mereka saling bersenang-senang, termasuk aku dulu. Ingat, THE ARTIST bukanlah organisasi. Tapi, sepertinya akhir-akhir ini karena ketua THE ARTIST sudah diganti oleh keturunan Nevada, tempat itu agak sedikit..."

Lagi. Dan kedua gadis itu melotot.

"menyeramkan. Jadi, apa yang ingin kalian kehendaki?" akhir pertanyaan yang begitu menarik.

"kami..."

---

AruHanjina

Semangat🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang