Menjadi manusia cerdas, sesederhana itu 'kan?
---
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa kau membayangkan Ryujin?" Sahutan itu?
Asada terkejut, dia bangkit dari duduknya lalu berdiri dan menatap Atha yang berjalan menuju dirinya.
"Cepat, aku ingin mendengarnya."
Atha duduk ditempat yang Asada duduk tadi. Dia bahkan meminum teh dari meja kecil disampingnya. Tentu saja, itu milik Asada.
"Duduklah, hari ini sangat melelahkan." Tutur anak albino itu.
Asada mengambil duduk disebelah anak itu sambil mengggelengkan kepalanya. Dia masih tidak tahu diri.
"Ayolah, aku ingin mendengarnya." Tuntut Asada.
"Kau sangat pemaksa. Pantas saja Ryujin memilih Mahessa." Ungkapannya itu membuat dirinya dilempar bantal kecil.
Atha terkekeh kecil.
"Sebelum itu, aku ingin bertanya. Apakah boleh?" Pinta Atha kepada Asada yang diberikan anggukan begitu saja.
"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan Ryujin?" Hah?
Asada menghela napas, "aku tidak tahu pastinya. Tapi, Ryujin adalah bagian dariku yang lain." Jelasnya begitu.
Atha menatap Asada haru. Sangat haru.
"Kau benar-benar gila." Sahut Atha.
Asada menatap keluar lalu menatap kembali kearah saudara kembarnya.
"Bagaimana antara dirimu dan adik pencuri itu?" pertanyaannya?
Ah sungguh? Atha berpikir sejenak. Dia mengedikkan bahunya.
"Aku tidak tahu, dia obsesif sekali terhadap Mahessa." Tuturnya lesu.
Asada terkekeh, "apa kau mencintainya?"
"Sialan!"
Asada tertawa lepas. Itu tidak mungkin bagi seorang psikopat bayaran seperti dia. Athanase Atlantuisa? Asada tahu tapi dia harus diam.
24 tahun yang lalu...
"Kenapa kemarin kau membawa suntikan kosong dan menyuntikannya kepadaku?" Tanya Gary sangat geram.
Orang itu? Yang dihadapannya adalah seorang professor terkenal di Metro akhir-akhir ini. Namanya adalah Vigas Mirecleina. Dia laki- laki tidak waras. Istrinya adalah guru musik diperusahaan ternama. Gary dengar, Vigas menginginkan seorang anak. Itu sangat dramatis mengingat itu ada disiaran televisi kemarin. Sedangkan Gary? Dengan berbalut nama Atlantuisa dibelakangnya.
Gary Atlantuisa. Sudah menikah dan istrinya adalah CEO perusahaan persenjataan di Metro. Sungguh? Gary hanyalah mantan anggota THE ARTIST. Dia bekerja dipusat training penelitian sekarang. Sebut saja dia mendapat jabatan sebagai direktur kreativitas pengembangan manusia. Selain itu, dia juga disuruh untuk menggenggam amanat menjadi pengendali pengembangan pendidikan di sekolah yang bernama BRILLIAN ART oleh keluarga besar Nevada. Tempatnya dulu bersekolah.
Yah, itulah sedikit informasi mengenainya.
"Kutanya, kenapa kemarin kau menyuntikanku sampai aku pingsan?" Tanya lagi Gary kepada Vigas.
Vigas hanya diam, malah membenarkan kacamatanya. Dia sedang menaruh entah apa cairan tidak berwarna itu kedalam tabung silinder kecil ditangan kirinya.
Gary menghela napasnya dalam-dalam.
"Aku ditugaskan oleh Pil Hanszive dan Kai Shindaine untuk mengambil... Bagian dari dirimu." Hah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?
De Todo"Kalian akan mati..." - Athanase Atlantuise Cerita ini mengandung banyak kesadisan. Dimohon pengertian, terima kasih. CERITA SUDAH TAMAT