12

769 35 0
                                    

Pakailah otakmu dengan baik, secerdas apapun kamu jika hasilnya membahayakan orang tersayangmu. Sama saja kau manusia biasanya. Jelas, semua manusia biasa dan sama rata. Tidak ada, tidak ada yang lebih tinggi dari sang pencipta. Ketahuilah itu.

---

Keringat dingin itu deras sekali. Lopa merutuki kelambatannya tadi.

Siapapun! Tolong aku...

Dengan langkah yang kaku. Gadis itu mencoba berjalan kearah gerbang. Dengan gemetar, tangannya menyentuh besi gerbang itu.

Senyap.

Bagaimana ini?

Pasti bundanya sudah sangat cemas mengenai dirinya yang belum ada di rumah.

Lopa berdecak, harus meminta tolong kepada siapa?

"Bantuan, nona?"

Seperti hantaman keras. Membuat hatinya terasa turun keperut. Mulas dan keringat yang begitu deras.

Lopa mencoba menoleh. Dengan lonjakan yang dahsyat. Bisa dilihat, sosok tinggi memakai serba hitam dengan topeng menutupi wajahnya. Topeng putih polos dengan lubang dibagian mata dan hidung.

Lopa mencoba berlari kearah samping sekolah ini. Dimana dia mengarah ke lapangan olahraga. Dia terus berlari tanpa tahu bahwa sosok itu tidak mengejarnya.

Bruk!

Lopa menubruk sesuatu dan...

"Lihat?" ujar sosok itu sambil menunjukan sticky note yang ia tahu harus ada didalam loker nomor 13 tapi...

"kenapa? Kenapa ka-"

Terhenti karena takut suara tawanya. Mereka berdua berada dilapangan olahraga. Dengan pencahayaan yang sangat minim.

"lihat? dia tidak akan datang kesini, menghadang dengan badannya lalu melindungi kamu. Dia bahkan tidak berani keluar dari persembunyiannya. Dia disini kalau kamu mau tahu, si pemilik loker 13 itu disini. Melihat kamu denganku . Dia disini! Tapi dia pengecut! Sudah aku bilang, kalau dia pengecut!" ujarnya dengan tawa yang menjijikan itu.

Bisa dibayangkan bagaimana nasib Lopa? Wajah yang memucat, seluruh tubuh yang dingin seketika dan lemas.

"Sudah sampai mana ya hubungan antara kita?"  tanya sosok itu.

Dia mengeluarkan pisau lalu mengelusnya seperti kucing peliharaan. Lopa membisu dan tak bisa bergerak.

Aku akan mati...

"Aku menyukai kamu. Tidak! Tapi cinta... iya, aku mencintai sama kamu tapi si pengecut itu juga mencintaimu. Karena itu, lebih baik kamu..."

"CUKUP!" sentak Lopa sekuat tenaga.

Sosok itu mendekat perlahan. Dengan begitu Lopa juga melangkah mundur.

"Jangan takut, aku mencintaimu. Aku tidak akan membunuh kamu. Ayolah, aku hanya ingin bersenang-senang denganmu." ucapnya meledek.

Sosok itu mempercepat langkahnya membuat Lopa jadi berlari namun...

"Akh!" Pekik Lopa.

Dia tersungkur ke tanah. Dilihatnya kaki yang tersayat, dia sudah tersayat.

Dengan sekuat tenaga, Lopa bangun dan mencoba untuk segera masuk kedalam gudang yang jaraknya sedikit lebih dekat.

Dia harus lari, dia tidak boleh mati ditangan sosok itu.

Tapi...

Sosok itu sudah ada didepan Lopa. Dia mengelus pipi Lopa lalu entah karena apa alasannya. Sosok itu membopong Lopa. Dia turunkan Lopa didepan pintu gudang. Tetapi, dengan sekali sentakan. Tangan sosok itu mencekik leher Lopa begitu dalam.

Tidak... tidak... dia tidak bisa apa-apa. Semuanya berakhir.

Lopa lemas dan pingsan.

Samar-samar gadis itu sedikit mendengar pertengkaran.

"Kamu lupa? Ketika ada penjahat kelas dunia yang mencoba menyakiti orang-orang. Disanalah, akan ada pahlawan yang menolong mereka."

"Itu sangat menjijikan."

---

AruHanjina

Semangat 🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang