Playlist : OST Tower Of God/ Straykids
"Ada hal yang memang harus dicapai untuk hidup sampai nanti. Sesuatu itu tak harus dari yang bernilai tinggi."
---
Esok paginya, keempat orang itu sudah termenung. Mereka telah ribut pagi ini karena Lopa lupa menyimpan dimana sebuah disk yang sudah ia isi dengan dokumen-dokumen penting yang harusnya pagi ini sudah terpampang nyata ditelevisi besar yang menggantungkan diri disisi gedung-gedung pencakar langit di Metro.
Lopa menghembuskan napas panjang lalu beranjak untuk mencari lagi dimana benda kecil itu.
"Kau tahu..."
Lopa tidak peduli kalimat yang akan disampaikan Atha itu. Pemuda itu langsung menarik lengan Lopa sedikit kasar.
"Aku tidak yakin soal ini."
Pemuda itu menyongsongkan layar ponselnya tepat dihadapan Lopa. Sangat terpampang nyata bahwa Migas telah mengambil benda itu. Lihatlah, yang Lopa tonton sekarang adalah sebuah video masa lalu Metro sebelum diadakan penelitian bodoh dan belum semaju sekarang ini.
Lopa mengerti kode yang berada dipojok kanan atas divideo itu. Sudah jelas itu Migas jika kita berusaha mencarinya didata fisik maupun online kota Metro.
MM1290
Ternyata Atha sudah berusaha mencari kode itu didata nasional Metro. Data kependudukan Metro. Lopa mengalihkan tatapannya namun Atha tersenyum sinis.
"Kau bekerja sama dengannya?" itu pertanyaan yang bodoh.
Beberapa tahun ini, Lopa dan kakaknya yang bodoh itu tidak saling sapa kecuali saat terakhir dimana Migas memberikan liontin yang terpampang jelas dilehernya sekarang.
Tiba saja saat Lopa memikirkan liontin itu, hembusan napas seseorang sangat dekat. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Athanase. Lopa risih lalu dia memundurkan sedikit posisinya namun Atha malah mencabut paksa liontinnya.
"Aku sudah mengincar liontin ini. Kau lihat? Ada yang menyala disini?" Ucap Atha.
Pemuda itu memperlihatkan satu titik berwarna merah yang menyala berkelap-kelip. Lopa menyentuh lehernya, dia hanya bungkam.
Berengsek memang seorang Migas. Pasti sebentar lagi pihak dari Metro sudah mengetahui tempat ini karena Migas memasang sebuah alat pendeteksi fleksibel itu. Kenapa fleksibel? Karena alat itu sangat canggih, kapanpun bisa dinyalakan saat penting atau bahkan bisa dimatikan kalau tidak diperlukan lagi.
Jadi...
"Kita pergi sekarang!" Perintah Atha.
Asada yang mendengar perintah Atha bergegas bersama Ryujin untuk segera keluar dari tempat ini. Lopa masih terdiam sesaat setelah Atha juga ikut bergegas.
Dia masih tidak bisa berpikir jenih saat ini. Kenapa dengan tatapan Atha? Ada apa dengan pemuda itu? Lopa bahkan tidak habis pikir pemuda itu akan sangat marah kepadanya.
"Cepat."
Lopa sedikit terkejut karena pintu mobilnya sudah terbuka untuk Lopa. Dia akhirnya harus membuang jauh-jauh pikiran tadi.
Pikiran dimana Atha seperti menyimpan kekesalan kepadanya.
"Bersama dengan Iasaka?"
Degupan jantung Lopa sangat cepat sekarang. Seperti laju mobil Atha, sangat cepat dan tidak ada yang menandinginya.
Lopa tak menjawab, sengaja karena dia paham situasinya sedang keruh.
"Aku kesal karena kau sudah mengetahui dimana Migas apalagi bersama Iasaka. Kau tidak tahu siapa Iasaka? Kau sendiri peretas pasti tahu bahwa dia pernah masuk kedalam daftar merah di Metro."
Benar ucapan Lopa, Atha sedang kesal berat kepadanya. Diliriknya sebentar sosok disampingnya itu, matanya sangat menusuk jalanan didepannya.
Lopa membasahi bibirnya lalu menghela napas.
"Aku tahu." Lirih Lopa sambil tetap menatap lurus.
Atha melirik sebentar, "kau tahu? Kenapa tidak memberitahuku? Dia sudah ada didalam daftar merah. Itu artinya?"
Okay, dia sangat kesal.
"Dia adalah buronan Metro." Lopa berusaha melengkapinya.
Atha malah menambah kecepatan sehingga seperti berada dibalapan mobil liar.
"Dia Mahessa pertama jadi Mahessa adalah reinkarnasinya." Baiklah, suaranya meninggi.
Lopa menyipitkan matanya.
"Aku tahu, Atha. Lalu, ada apa denganmu?" Kini Lopa yang meninggikan level suaranya.
Atha menambah lagi kecepatannya sehingga mobil Asada pun sepertinya ketinggalan jauh.
"Kau sudah mengenal Iasaka berengsek itu terlebih dulu. Itu yang membuatku kesal." Ambigu.
Lopa ikut kesal melihat tingkah aneh dan tidak jelasnya Atha itu.
"Kau pikir aku seperti Ryujin?"
Atha memelankan mobilnya. Terdengar napas yang tidak memburu.
Ada apa dengannya?
"Tidak ya?" Hah?
Lopa menggelengkan kepalanya. Kenapa dia bisa seperti itu? Padahal mereka baru saja mengenal satu sama lain.
"kau bisa meretasnya lagi?" Tanya Atha yang tatapannya sama sekali tak mau menoleh kearah Lopa.
Lopa yang melihatnya hanya bisa diam.
"Bisa." Jawab Lopa.
Mereka sama-sama diam setelah itu, tidak ada lagi perdebatan konyol seperti tadi.
Sungguh, ini pertama kalinya Lopa melihat tingkah aneh Atha. Sangat aneh sampai Lopa bahkan seperti meyakinkan bahwa tadi bukan Atha.
---
AruHanjina
Semangat🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?
De Todo"Kalian akan mati..." - Athanase Atlantuise Cerita ini mengandung banyak kesadisan. Dimohon pengertian, terima kasih. CERITA SUDAH TAMAT