13

807 38 0
                                    

Sebuah hubungan juga bersifat relatif, saat kita menjalaninya juga akan merasakan bagaimana dibagian terendah dan seperti apa saat diatas.

---

Matanya mencoba selaras untuk membuka dan melihat disekitarnya.

Bunda...

Wanita itu menangis dan mengelus-elus pipi lalu rambutnya lalu menggenggam dan menciumi tangan gadis kecilnya itu.

Rumah sakit Petrolitian, yang berada di Metro 1.

Lopa sempat kejang beberapa saat dan hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit ini oleh seseorang.

Matanya sudah terbuka lebar. Dilihatnya bunda yang tersedu-sedu.

"Lopa, sayang..."

Bundanya meluruh, dia menangis sambil menciumi tangan Lopa yang lemas itu. Lopa tersenyum, sekilas bayangan malam itu tersirat.

"Akh!" Pekiknya.

"Kenapa, sayang? Kenapa?" tanya bunda gelisah.

Lopa menggeleng lemah dan saat itulah, ia berusaha untuk duduk. Dengan cepat bundanya membantu.

Saat itulah, sosok tinggi diluar ruangan menatap datar Lopa.

Tersentak hebat membuat Lopa hampir tersungkur kebawah bangkarnya. Bundanya memeluk Lopa erat.

"dia yang membawa kamu kesini, Lop." tutur bundanya lembut.

Tidak, tidak, tidak... dia yang membuatku seperti ini. Tidak, pasti dia bawa aku kesini karena biar kedoknya tidak terkuak. Manusia bejat!

"bunda... aku boleh minta satu hal?" ungkapnya begitu lemah.

Bundanya sudah seperti berharap. Beliau tersenyum lembut.

"suruh anak itu pulang, bun."

Tidak! Bukan ekspresi itu yang diinginkan Lopa dari bundanya. Terlihat sekali kalau bundanya heran.

"Lop, kamu kok seperti ini?" ucap bundanya tak percaya.

"aku gak ma-"

"Bunda tidak mengajarkan kamu seenak hati dengan orang yang sudah menolong kita, Lop. Dia baik, bunda yakin itu." Potong Bundanya penuh kepastian.

Lopa menggeleng, kini ia sadar satu hal. Pemuda itu sudah mendapat kartu As dari bundanya. Yakni, mengambil hati bundanya.

Lihat nanti, Atha! Aku bakal bikin kedok kamu terkuak!

"apa dia yang nolong aku, malam 'itu' juga?" tanya Lopa.

Bukannya menyahut pernyataan ibundanya, dia malah bertanya hal lain. Sarina- bundanya itu mengangguk.

"Sebentar, bunda panggil dia ya?"

"Bunda..."

Lopa memanggil Sarina dan beliau terhenti. Menoleh kearah anaknya. Seolah bertanya 'kenapa?' Dari raut wajahnya.

"Gak usah," elak Lopa.

Sarina tersenyum lembut. Tetap dengan pendiriannya, memanggil pemuda itu.

Tidak butuh lama, Sarina dan Atha sudah masuk keruangan Lopa. Gadis itu bergetar dahsyat. Perasaannya bercampur aduk. Bahkan bayangan mengerikan malam kemarin yang membuat kakinya robek dan pergelangannya terkilir.

Atha menatap Lopa dengan wajah datarnya. Hati Lopa bergemuruh, kenapa ini harus terjadi? Lopa sangat takut.

"Bunda tinggal dulu ya? Mau beli sarapan buat nak Atha, soalnya dari kemarin juga dia menjaga kamu disini."

Pergi.

Sarina pergi meninggalkan Lopa harus berdua dengan manusia bejat.

"JANGAN MENDEKAT!" Sentak Lopa sangat keras.

Atha menaikkan kedua alisnya. Dia merasa heran dengan Lopa.

"Pembunuh..." lirih Lopa masih menatap tajam Atha.

Pemuda itu tetap mendekati Lopa. Dia menatap Lopa dengan tanpa ekspresi apapun.

"aku bukan pembunuh maupun sepemikiran kamu tentangku, manusia bejat?" ungkap Atha.

Dekat. Wajah Atha sangat dekat dengan Lopa. Dia membisikkan kalimat itu tepat ditelinga Lopa yang membuat Lopa harus mendorong jauh sosok itu.

"Ini."

Brak!

Lopa menepis gelas berisi air putih yang disodorkan dari Atha itu. Pemuda itu menghela napas kasar.

"jangan sok peduli!" ketus Lopa.

Atha, pemuda itu tidak merespon. Dia pergi ke kamar mandi meninggalkan Lopa dengan rasa bencinya itu.

Cklek...

"Hai!" sapa bundanya yang sudah kembali lagi.

Lopa tersenyum kikuk menyapa Sarina. Sepertinya hal itu dilewatkan Karina karena beliau mencari seseorang yang tiba-tiba tidak bersama putrinya.

"Diman- eh disitu kamu, ini! Saya belikan kamu bubur, kamu pasti lapar kan?" ungkap bundanya sangat lembut.

Sosok itu tersenyum namun sesaat dia menoleh kearah Lopa yang menatapnya tajam.

Kamu sudah ngambil perhatian bunda aku!

---

AruHanjina

Semangat 🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang