27. (Part of Atlantuisa)

308 18 0
                                    

Boleh diplay videonya, itu versi nightcore dari lagu Eurelle - City of The Dead. 😊

---

"Waktu memang sibuk. Sebagai manusia, seharusnya lebih baik menghargai hal yang diberikan waktu. Sia-sia jika kita abaikan karena waktu hanya memberikannya satu atau dua kali. Kecuali adalah hidup dan matinya manusia."

---

Asada menunggu Atha yang akan mendongeng untuknya. Dia sedang di kamarnya sendiri, tentu di rumahnya. Rumah keluarga Atlantuisa hanya satu dan itu di Metro I. Rumah dengan empat lantai dan megah ini justru sangat sedikit penghuninya. Dan seperti hari ini, Asada di rumah sendirian tanpa kedua orang tuanya. Hanya ada puluhan pelayan yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Dia sedang ditempat duduk dekat dengan balkon kamarnya. Angin yang sepoi-sepoi mengusik tubuhnya. Menyegarkan sekali dan penuh ketenangan.

Dia menoleh kearah jam dinding yang terpasang disana. Sudah dua jam dia menunggu kembaran sialannya itu. Dia kembali menatap pemandangan dimana tepat didepannya adalah Metro I.

13 tahun yang lalu...

Umur Asada sekitar 11 tahun. Dia masih menjalankan training untuk masuk ke sekolah. Sangat disayangkan, dia berkali-kali mendapat kritikan pedas dari sang pelatihnya. Saat itu, dia pulang ke rumah dan ingin menemui ibunya. Tapi anehnya, ibunya tak ada di kamar. Saat itu, Asada pergi ke tempat dimana keluarga besarnya akan berkumpul. Ruang keluarga yang besar.

Ketika sampai disana, tidak ada siapapun kecuali si rambut putih yang membelakanginya. Karena Asada adalah pemberani, dia mendekatkan diri kepada manusia putih itu.

Sangat mengejutkan! Asada pikir orang ini bukan manusia tetapi boneka. Rambut putih, kaos putih sobek-sobek, celana hitam pendek selutut nan kusut dan sepatu sneaker penuh dengan kotoran. Yang paling indah saat itu adalah matanya. Mereka saling menatap tanpa sepatah kata pun. Saat Asada pikir tidak ada yang harus dibicarakan dia berbalik namun kakinya tersandung.

Ternyata ulah anak itu. Asada tak terima dan langsung mengangkat kaos putih tak berkerah itu.

"Kau mau melawanku? Dasar gembel!" Gertak Asada.

Hanya diam. Asada meluruh saat menatap mata coklat terang dari anak laki-laki itu. Dia menghempaskan anak itu ke sofa.

Tertawa? Anak albino ini tertawa keras. Asada langsung duduk disampingnya dan menatap lurus tanpa mau menoleh.

"Namaku Athanase Atlantuisa."

Hati Asada seakan mencelos keluar. Dia menoleh dengan leher kaku dan menatap tajam anak itu.

"Bodoh! Aku anak dari Atlantuisa satu-satunya." Tekan Asada.

Anak itu menggeleng.

"Aku lebih tua darimu 6 bulan dan setelah itu ibumu baru hamil umur 3 bulan." Jelas anak itu dengan santai.

Mereka saling menatap namun sesaat kemudian Asada melengos.

"Jadi, ibuku dengan ibumu berbeda?" Tanya Asada dengan posisi membelakangi anak itu.

Kekehan kecil terdengar saat itu.

"Iya." Singkatnya.

Lagi-lagi Asada mengangkat kaos anak itu untuk sejajar bertatapan dengan mata coklat tajamnya.

Anak itu tersenyum, "Itu bukan karena perselingkuhan. Ada sesuatu terjadi saat itu dan kau belum mengetahuinya." Jelas anak itu begitu dewasa.

Lagi, Asada menghempaskan anak itu.

"Kita mirip." Ucap Asada sangat tajam.

Mereka berdua bertatapan. Anak albino yang terduduk dan Asada yang berdiri sambil memberengutkan wajahnya.

"Wajah. Wajah kita sama, bentuk mata kita sama, alis pun iya, kecuali warna mata dan bibir. Jelas aku lebih tampan darimu." Ucapannya itu membuat Asada melotot lebar.

"Kenapa?" Hah?

Asada melihat ibunya berjalan dengan asistennya menuju kemari. Dia menghela napas berat.

"Kenapa dia lebih tampan daripada aku, Ibu?" pertanyaannya?

Ibu dan asisten itu berhenti lalu menatap aneh kepada Asada. Ibunya memberikan kode untuk asistennya agar segera pergi. Dan, ibunya terkejut saat tau didekat anaknya ada satu anak laki-laki yang sudah ia dan suaminya tunggu dari satu minggu yang lalu.

"Ada apa, Asada?" Tanya ibunya.

Asada menatap bosan kepada ibunya. Dia lalu melewati ibunya dan menatap ibunya dengan tatapan tak bisa dimengerti.

"Dia akan jadi temanmu. Dia anak yang baik, tentu saja. Namanya Atha-"

"Aku sudah tahu." ketus Asada lalu benar-benar meninggalkan ibunya dan anak bernama Atha itu.

Ibu mengangguk mengerti lalu tersenyum kearah Atha.

"Kau harus mandi, kau sangat kotor saat ini. Mandi yang cepat, kita akan makan malam dengan -em ... Sebut saja ayahmu." Begitulah tuturnya.

Atha hanya memandangnya dalam diam.

"Kau sangat perfeksionis." Ungkapan itu membuat nyonya Atlantuisa berbalik lagi dan menatap Atha.

Wanita itu tersenyum.

"Panggil aku ibu."

Dan tinggalah Atha sendirian.

Sepenggal masa lalunya. Asada tersenyum lalu membatin bahwa dia sudah mengakui ketampanan saudara kembarnya. Sangat disayangkan, saudaranya itu penuh misteri hingga sekarang. Bahkan tiga tahun setelah memperkenalkan diri didepan keluarga besar Atlantuisa. Anak itu memilih hidup sendiri dan menjadi petualang negeri.

"Dia sangat aneh."

---

AruHanjina

Semangat🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang