Yang tidak wajar adalah ketika hewan dimanusiakan tetapi manusia adalah sebaliknya, yaitu hewan naas yang penuh dosa. Siapa yang salah akan istilah itu? Kondisi yang memaksa? Bukan, tetapi karena diri kita semakin bodoh. Sudah tidak ada lagi yang namanya manusia yang berkemanusiaan.
---
Ditempatnya, jauh dari kerumunan. Sosok berambut putih dengan kulit seakan dikelupas setiap saat itu. Atha, dia menatap gadis berambut pendek yang ada ditengah banyak kerumunan. Sosok yang ceria dan tangguh, kelihatannya.
Senyum yang sangat jarang orang lihat, senyum persetan saat dia harus melawan musuhnya. Entahlah, bagi Atha bahwa dia sendirian setelah ibunya meninggal. Sendirian dan membawa nama Atlantuisa yang sangat berat. Pundaknya lecet terus-menerus. Siapa sangka setelah matanya menangkap sosok gadis yang kini ia tatap, Atha tidak tahu harus mengatakan ini apa? Justru sebaliknya, dia ingin melindungi tapi sekaligus menyakitinya.
Puk!
Tepukan tangan seseorang dipundaknya membuat Atha sedikit terkaget. Pemuda itu tetap bergeming dan kemudian yang menepuk pundaknya menyengir serta duduk dihadapannya.
"Bagaimana kabarmu, kembaranku?" Tanyanya.
Basa-basi yang sangat basi. Sosok dihadapannya dengan gaya yang ramah dan seperti pemuda biasanya. Sangat salah besar jika kita menilai dia lelaki baik-baik justru dia sangat berbahaya. Istilahnya sangat kejam, dia pemuda pecinta gadis sekaligus ingin membunuhnya jika gadis itu menentang keinginannya.
Sunggingan bibir pada wajah Atha membuat pemuda dihadapannya mengangkat kedua alisnya.
"Sangat baik ya keadaanmu, kita masih bertaruh, 'kan? Aku sangat tidak sabar melukai tubuhnya." ujarnya vulgar.
Pemuda dihadapan Atha menatap gadis itu dengan tatapan nafsu.
"Sangat vulgar, kau tidak cocok untuknya. Dia gadis yang keras kepala. Sangat menentang dirimu." telak Atha.
Mereka berdua saling menatap datar dengan hati yang bergemuruh. Tanpa sadar semua orang menatap heran dua orang ini. Dua orang yang berpengaruh, sangat.
Siapa? Mereka adalah Athanase Atlantuisa dan Asada Atlantuisa.
Sungguh? Pemandangan yang jarang diekspos secara langsung. Dua orang dengan wajah yang sama namun kepribadian yang berbeda jauh. Seperti hitam dan putih layaknya warna rambut mereka.
Dan, saat itu juga. Lopa menatap sendu kearah Atha dan Asada. Sendu kini berbeda, yang dia rasakan adalah kesedihan setelah mengetahui kenyataan.
Aku tidak akan bisa mereka taklukan, dinding milikku sangat tebal sekarang. Mereka akan kewalahan, mereka psychopath. Aku harus bertahan.
---
AruHanjina
Semangat🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?
De Todo"Kalian akan mati..." - Athanase Atlantuise Cerita ini mengandung banyak kesadisan. Dimohon pengertian, terima kasih. CERITA SUDAH TAMAT