26

307 16 0
                                    

"Rahasia adalah hak setiap manusia. Maka. Jika pun kau memiliki seorang yang kau percayai sejujurnya manusia tetaplah manusia dengan segala bualannya. Tentu, dia masih memiliki rahasia itu. Dan itu hanya dia dan Tuhan yang tahu."

---

Brak!

"Mahessa?"

Yang menggebrakan pintu itu adalah Mahessa Nevada. Entah, siapa yang memberitahunya. Sungguh ini tidak mungkin. Ryujin hanya bisa diam dan terduduk diatas bangkar.

"Tahan wanita tua itu!" Perintah Mahessa kepada antek-anteknya.

Bisa dilihat, Asada pun memborgol Nyonya Khalisa dengan kasar. Sedikit melirik kearah Ryujin namun sekilas seperti bayangan yang kilat saat melewati Ryujin.

Bulan sebelum Shu menyuntikan sesuatu yang berbahaya kepada Ryujin...

Hari itu, sebelum kesialan menimpa Ryujin. Dia bersama Asada di Metro 3. Mereka berkencan? Ah serius. Mereka sangat romantis dengan kecanggungan yang ikut serta didalamnya.

"Sudah lama aku bilang aku ingin keluar dari Metro namun bersamamu. Mungkin disana, aku bisa memahami arti dari hidup." Ungkapnya sangat tulus dan senyumnya? Ryujin terenyuh.

"Kenapa bersamaku? Aku sudah rusak, Sa? Aku bilang kepadamu seperti ini agar kau tidak menyesal nantinya. Mahessa sudah menjadikanku budaknya. Kau lihat aku sekarang? Sangat menyedihkan." Tangkas Ryujin lalu memegang tangan Asada.

Mereka saling menatap satu sama lain tanpa ekspresi.

"Mungkin, banyak di negara lain anak SMA seperti kita masih berumur sekitar dua puluh tahun kebawah tapi kita? Umurku 24 tahun. Ryujin? Itu umur yang sangat tua bukan? Apa kau tidak ragu dengan hidup di Metro?" lagi, sesuatu yang Ryujin bahkan berpikir di Metro sangat aneh.

"Kau laki-laki yang baik." Balas Ryujin dengan senyuman.

Terdengar kekehan dari Asada, "Selalu menyangkal pembicaraan serius." Ungkapnya sedikit kecewa.

Mereka menundukkan kepalanya. Sedikit canggung saat itu namun keduanya terlonjak karena ponsel yang mereka bawa. Mereka lupa..

Mereka saling menatap kembali.

"Sialnya, kita akan dihukum." Tutur Asada.

Dan tepat kalimat itu berakhir, para antek-antek Mahessa mengepung mereka.

"Kalian tahu kan kalau kalian adalah anggota THE ARTIST yang berbahaya. Kenapa? Jawabannya ada didalam diri kalian masing-masing. Aku menghukum kalian berdua dan kau! Ikut denganku." Itu Mahessa, sebagian orangnya membawa Asada entah kemana? Namun dengan Ryujin, dia disuruh ikut dengan Mahessa.

Setelah itu semuanya terasa lebih berat. Antara Asada dan Ryujin seperti kekosongan yang berkepanjangan. Mereka saling menghindar namun dibalik itu sangatlah ingin diantara mereka berdua bertemu wajah.

Rindu?

Ryujin merindukan Asada. Dia meneteskan sedikit air matanya lalu menyembunyikan wajah itu dari semua orang yang ada didalam sini.

Terasa ada yang menyentuh lengannya. Ryujin menoleh dengan sedikit sentakan.

Senyuman licik keluar dari wajah Mahessa.

"Jangan sakiti gadis itu!" Bentak Nyonya Khalisa sedikit bergetar.

Nyonya Khalisa menangis setelahnya.

"Asada, cinta itu seperti apa?" pertanyaan sangat aneh. Ryujin melepas genggaman Mahessa.

Asada menatap tepat dimanik Ryujin namun tak bersuara.

"Bagi Asada, Ryujin adalah cinta."

Namun setelah itu...

"Argh!" Rintih Ryujin.

Dia merasakan sangat sakit ketika kakinya disuntikan pembius dengan kasar dan tidak tepat sasaran itu. Kejamnya Mahessa.

Asada sudah berontak namun dia terhenti saat semua antek-antek Mahessa menodong senjatanya. Dia menghela napasnya sangat panjang.

"Bawa gadis ini ketempat baruku!" Perintah Mahessa untuk antek-anteknya.

Dan Mahessa pergi begitu saja. Diikuti dengan Nyonya Khalisa yang berteriak dan menangis saat itu. Tinggalah Asada sendirian diruangan ini. Dia terjatuh dan menangis.

Asada menangis.

"Kembaranku yang keparat?"

Suara itu, Asada menoleh. Benar, dia adalah Atha.Anak itu duduk dipinggiran bangkar dan menatap Asada.

"Bagaimana?" Tanya Atha yang begitu enteng.

Asada berdiri lalu mengambil kursi yang ada diruangan itu.

"Sebenarnya, apa yang kau bayar kepada Mahessa hingga saat kau masuk menjadi anggota THE ARTIST namun tidak terikat aturannya?" Atha tersenyum lebar.

Yang ditunggu.

"Kau tahu, aku hanya menawarkan alamat dari rumah orang yang sudah membawa uang dari anggota masing-masing THE ARTIST. Hanya itu saja." Jelas kurang mengena untuk Asada.

"Kartu AS-nya. Mahessa seperti itu karena keuangan disana memang sedang kritis. Tapi kenapa bisa adiknya tidak mengetahui keberadaan kakaknya itu?" Sangat jelas, disini yang janggal.

"Ayah mereka ilmuwan. Sebagian kenangan yang menyangkut kakaknya tidak ada didalam otak adiknya. Dan setelah itu, ayahnya meninggal karena gagal dalam penelitian berikutnya untuk masa depan Metro. Beliau dibunuh secara sadis di rumah sakit ini." Sahut Atha.

"Kenapa kau tahu segalanya padahal baru beberapa tahun di Metro?" Tanya Asada sangat penasaran dengan kembarannya itu.

"Bagaimana? Apa aku harus mendongeng sekarang?" Tawar Atha dengan senyuman ciri khas psikopatnya.

"Boleh."

Atha tertawa terbahak-bahak. Kemudian mengulurkan tangannya kepada Asada.

"Kau mau berkhianat diam-diam bersamaku?" Tawar Atha.

Asada tersenyum lalu menjabat tangan.

"Tapi besok aku mendongengnya. Aku harus memantau adiknya." Ungkap Atha.

"Sialan memang! Kau orang tidak tahu diri yang pernah aku temui kali ini!" Teriak Asada saat Atha pergi keluar ruangan itu.

Saat diambang pintu, Atha menoleh.

"Kau mencintai adiknya?" Tanya Asada.

Atha tersenyum lebar tapi tertawa terbahak-bahak setelahnya. Asada menggelengkan kepalanya heran.

---

AruHanjina

Semangat🍉

[METRO I] HE'S PSYCHOPATH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang