[BTS - Namjin/Monjin]
Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta.
.
.
.
.
SHEN|MEI
Kumpulan Fi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
Tidak setiap hari dia berada di Busan. Tidak setiap hari Namjoon dapat memergoki logo khas camar laut di beberapa bangunan, dan tidak setiap hari Namjoon mendapati panekuk berisi biji bunga matahari. Dua hari sejak kedatangannya di rumah itu untuk mengisi waktu luang menunggu liburan semester berakhir—ternyata tak buruk juga. Jauh lebih baik daripada berjalan-jalan menjelajahi hutan atas usul dari rekan kelas fotografinya, yang berujung tersesat sampai harus meminta pertolongan ke penduduk sekitar, dan membuat Namjoon kapok. Tidak lagi-lagi pergi ke tempat asing, lagipula usaha kos bibinya selalu sepi saat liburan karena para mahasiswa pulang ke kota masing-masing. Namjoon bisa tidur dan meramu tesis strata duanya dengan tenang tanpa gangguan. Kalaupun ada yang agak mengusik, mungkin hanya bunyi riuh kereta mainan Jungkook dan pemiliknya yang berlari mengitari rumah mulai dari teras menuju halaman belakang.
Seperti hari ini, antusiasme Jungkook sedang tinggi-tingginya karena sang Ayah membelikan baterai baru untuk si kereta. Namjoon menyingkir meraih tas selempangnya dan pamit keluar dengan alasan cari angin. Jarum arloji menunjuk pukul setengah sepuluh, waktu yang tepat mencari kudapan. Kebetulan dia belum sarapan karena bangun agak siang dan dengan halus menolak tawaran bibinya untuk disiapkan sesuatu. Diselipkannya dompet di saku celana dan berjalan gontai melewati belokan, seingatnya ada restoran cepat sajisaat meniti jalan dari stasiun ke lusa kemarin, tak terlalu jauh dan bisa ditempuh tanpa kendaraan.
Benar saja, logo M kapital raksasa menjulang di atap menandakan Namjoon tak salah duga. Tempat parkir berisi sepeda kayuh sampai dua deret, riuh bukan main. Melangkah masuk, Namjoon melihat anak-anak SMA bergerombol di sejumlah meja sambil mengobrol seru, entah merayakan apa. Rasa ingin tahunya kadang sukar dikendalikan dan Namjoon terus mengamati selagi berjalan menuju meja pemesanan, beruntung tak ada antrian di depan konter. Ditatapnya selembar menu di atas meja sambil menggaruk dagu.
"Ada yang berulang tahun," bisik sebuah suara lirih, seolah membaca apa yang ada di benak Namjoon. Bukan dari belakang atau samping, melainkan dari depan. Pemuda itu spontan mendongak dan sebentuk bibir tebal terpampang menghias pandangan, diiringi tawa lirih dari sosok berseragam garis merah-putih di balik mesin kasir. Mata bulat besar, rambut coklat gelap tersemat lingkaran topi, beserta dekik tawanya yang unik membuat Namjoon urung bertanya balik.
Burger daging keju ganda ekstra besar, kentang goreng, soda, paket lengkap, dinding, kertas menu, hidung mancung, wajah yang manis, dan.............
Eh, tunggu, sebenarnya dia mau pesan apa sih?
"Bisa dibantu?" tanya pemilik tawa tadi, ramah, "Pilihan populer jam sepuluh siang adalah Big Mac dengan set satu, kentang ukuran besar dan cola gelas sedang. Set dua, kentang ukuran sedang dan cola gelas besarhanya dengan menambah sekian won. Set ketiga, salad pelengkap beserta cola gelas besar,juga dengan tambahan yang sama. Apakah anda ingin mencoba?"