.
.
"Seokjin, ah, tunggu!!!"
"Tidak mau."
"S, Seokjin!" Namjoon melemparkan kepalanya ke dalam bantal dan mengumpat keras.
"ARGH!!"
Mulutnya terbuka dan tubuhnya bergetar hebat, Namjoon menggeram seraya menyentakkan pinggulnya beberapa kali. Lengan mencengkeram paha Seokjin yang menyeringai—mengikuti irama sentakan Namjoon sembari menahan kedua tangan di dada pria itu. Kepala menengadah, menahan sensasi dan hasrat yang bergerumuh saat kekasihnya mencapai orgasme dengan lenguhan panjang. Tubuh Namjoon mengejang selama beberapa detik, alis bertaut rapat, menikmati pijatan rektum ketat yang menguras kejantanannya hingga benih terakhir. Raung seraknya bergema sebelum terhempas jatuh ke tempat tidur, membawa Seokjin tertelungkup di atasnya. Mendesahkan nama pria itu dengan napas tersengal.
Tubuh berpeluh dan beraroma keringat tak menghalangi Seokjin untuk mengeratkan pelukan. Menyukai bagaimana serasinya detak jantung mereka yang kini berdegup kencang, terengah, namun penuh kepuasan. Seokjin menggigit bibir dengan sensual dan Namjoon tampak bangga. Genggaman tangannya di paha Seokjin berangsur renggang, membiarkan lelaki itu menggerakkan kakinya sedikit selagi Namjoon berujar lirih, "Terima kasih."
"Mmm-mm," Seokjin tersenyum lelah, meresapi sisa-sisa percikan nikmat di tubuhnya sambil mengecup dada Namjoon, "Kamu hebat."
Pria tersebut terkekeh menanggapi pujiannya, pun mencari posisi yang lebih nyaman sambil mengusap punggung Seokjin, perlahan, sangat hati-hati. Namjoon sadar dirinya terlalu bersemangat pagi ini, apalagi baru semalam mereka bersenggama setelah sebulan tak bersua. Hormon bergejolak tak terbendung, tidak sepenuhnya menyalahkan pacar yang memiliki ragawi luar biasa.
Seokjin meringis geli dan berpaling sambil menggeliat, pinggulnya terangkat dan laki-laki itu mengerang saat kejantanan Namjoon ditarik keluar. Sperma kental mengucur dari tempat yang sama, mengalir perlahan di kulit paha dan menetes mengotori seprai. Namjoon melirik ulahnya sekilas dan merebahkan kepala disertai tawa canggung.
"Keluarnya banyak sekali....." protes Seokjin, memandang kekasih yang masih tertawa sambil menaruh kedua tangannya di sisi-sisi kepala Namjoon, disibaknya anak rambut yang lembap terkena peluh sambil ikut tergelak mendapati kondisi mereka yang berantakan. Cekatan, Namjoon mengusap punggungnya lebih pelan, "Yang kemarin belum cukup?"
"Aku masih tidur saat kamu iseng menjilatiku, kitty. Jadi siapa yang jahat di sini?"
"Kamu, tentu saja. Lain kali tak usah terima tawaran dinas di atas dua minggu atau kuborgol kamu," kuku telunjuk Seokjin menyusuri rahang yang makin terbentuk, agak berjengit ketika hendak menggeser tubuhnya ke samping, tapi lekas berubah sumringah sebab Namjoon lebih cepat bergerak memegangi pinggangnya agar tetap di tempat.
"Jangan bergerak dulu dong," tukas pria itu seraya beringsut menciumi lehernya dan Seokjin tanggap, merengkuh tengkuk Namjoon demi mencari bibirnya untuk dipagut. Diabaikannya erangan sang lelaki yang mengerang gelisah karena organ intimnya tergesek paha Seokjin. Mata sengaja tak terpejam, mengamati betapa eloknya bulu mata yang mengatup ketika Seokjin memperdalam ciuman, lebih tegas dan menuntut, seperti ingin melanjutkan permainan cintanya lewat bibir Namjoon. Saling mengecup, mengulum lembut, melepaskan hasrat yang masih meluap.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...