.
.
.
"Hei!" Seokjin menggerutu, "Pelan-pelan!"
Namun pria yang baru saja mendorongnya ke bilik ruang ganti bersemat kunci terkait kasar, memilih tak peduli dan dengan sigap menarik mafela tipis dari leher Seokjin.
"Careful, it's one of wardrobe set."
"Not anymore."
Oh, baiklah. Seokjin harusnya paham. Jika kamera serta layar pembias cahaya telah disingkirkan sore tadi, maka artinya Namjoon bukan lagi idola yang harus menjaga perilaku di depan publik. Bandana berikut mantel gelap yang dikenakan sebagai luaran kini tergolek di lantai, disusul bunyi denting gesper ikat pinggang membentur permukaan. Seokjin merengut bercampur antusias, terutama ketika Namjoon menyuruhnya membungkuk setengah badan, menumpu lengan di meja rias, juga memperhatikan pantulannya yang dilucuti di depan kaca.
Tak buang waktu, Namjoon, masih beralas boots sol tebal dan berpakaian lengkap, berjongkok tepat di belakangnya. Kedua tangan membuka belahan pantat Seokjin hingga celah menggiurkan diantaranya terpapar jelas. Berkedut menggoda, merah marun merona.
Oh boy, sudah cukup lama sejak terakhir dia menyapa salah satu bagian favorit dari tubuh sintal sang penyanyi kesayangan. Dua bulan. Namjoon tak tahu bagaimana dia bisa bertahan tanpa kontak fisik intens akibat kesibukan yang tak terbantahkan.
"Apa kamu bawa pelum—nnhghh!!!"
Jilatan panjang memulai deretan lenguh yang terlontar berurutan. Lidah Namjoon menyeka kulit halus di sekitar analnya, mengecup beberapa kali dan menjilat haus celah anusnya dengan rakus. Tangan lain memompa cepat batang kemaluan Seokjin yang menegang sempurna seiring rangsangan dari dua arah.
"Ah, ya! Oh! Mmmm, lakukan lagi," erang yang tertua, selalu vokal menyuarakan keinginan, "Persiapkan aku, ngggh, dengan baik."
Sebelah lengan Seokjin terjulur menggapai, dijambaknya rambut Namjoon dan memastikan agar pria itu benar-benar menuruti. Memori buruk dihantam penis berukuran gigantik tanpa persiapan, jelas tak ingin diulangi meski dalam imajinasi.
Bunyi kemasan kondom tersayat gigi menyadarkan Seokjin dari gelenyar serotonin. Nampaknya kekasih yang satu ini sudah merencanakan untuk melampiaskan napsu usai sehari sebelumnya melihat wujud setelan baju. Tanpa ranjang apalagi bantalan, namun entah mengapa terlihat sungguh menggairahkan.
Pun, Seokjin hanya mampu mengerjap terkejut ketika mafela miliknya kembali dilingkarkan mengitari leher, disimpul terbalik di tengkuk, dan sontak tertengadah ketika Namjoon menarik keras sisa kainnya dari belakang.
"ARGH!!!"
Urat di pelipisnya mencuat menahan nyeri. Satu karena tercekik, satu lagi karena kejantanan Namjoon yang melesak masuk dalam satu dorongan. Pria itu langsung menggerakkan pinggul tanpa permisi. Tak menunggu Seokjin membiasakan diri, juga sengaja menampar pantatnya diiringi utas seringai.
"Jangan kira aku tak menyadari apa yang kamu lakukan semalam," desisnya, membebat kain di tangan seraya mengagumi bagaimana organ intimnya keluar masuk dengan brutal di anus Seokjin, "Bersenang-senang bersama dildo pesanan, huh? Terlalu malu meminta padaku?"
Seokjin tak menanggapi, mulutnya sibuk meracau tiada henti. Prostat yang dihunjam berulang kali oleh ujung penis Namjoon menjadikan sistem otaknya berhamburan ke segala penjuru. Melayang. Mengais ekstasi yang beterbangan.
"JAWAB!!"
"KHH!!"
Kepalanya kembali terjengkang dan tenggorokan Seokjin reflek tercekat.
"Jawab aku, Kim Seokjin!"
"OH! AH!!" teriak yang bersangkutan, dorongan barusan menekan kencang titik sensitifnya dan Seokjin nyaris tak ingat nama, "A, aku melakukannya!! Ya!! Kulakukan!!"
"Berapa lama?"
"ARGH!!" Seokjin berteriak lagi, "Ku, kuhentikan setelah—NGH!! SETELAH KELUAR DUA KALI! AH!! DI SITU!! NAMJOON!!"
Prianya bergerak makin cepat, mencengkeram pinggang bersama tarikan mafela, sekaligus menyeringai mengamati wajah Seokjin yang mendongak ketagihan di pantulan kaca. Liur menetes dari sudut mulut, mata hampir memutih oleh hunjaman yang menggasak lubang analnya bertubi-tubi. Dekik nyeri yang bersumber dari lilitan kain, terasa makin menyiksa sekaligus memberinya hasrat mendebarkan yang luar biasa. Namjoon yang menggagahi tak berwelas asih, adalah fantasi tersendiri yang tak pernah gagal memaksa bulu kuduknya berdiri.
Spermanya semburat mengotori pondasi meja begitu Seokjin memuncak tanpa aba-aba. Jerit terlontar melengking, meremas milik Namjoon dalam rektumnya dan membuat pria itu mengernyit tak kuasa. Dihentaknya pinggul sekeras mungkin, mengerahkan tenaga di beberapa sentakan sebelum orgasme datang mengaburkan pandangan.
Nama Seokjin terucap serak selagi Namjoon menyelesaikan klimaksnya di tubuh lelaki tersebut. Butuh sepersekian menit hingga keduanya benar-benar menguasai diri. Tangan meraih simpul ikatan mafela, lantas mengurainya lepas seraya meminta Seokjin menengok padanya.
Mereka berpagutan sejenak kemudian, saling melumat dan bertukar desah lirih. Seokjin menjauh lebih dulu, mengecup lembut bibir pria itu serta mengerang pasrah ketika kejantanan Namjoon dikeluarkan dari tubuhnya. Yang bersangkutan mendengus sekilas, membuang kondom bekas ke tempat sampah dan kembali mendekap Seokjin yang hendak beranjak.
"Oh tidak," sergah sang vokalis, meraba lebam samar di sekitar kulitnya, "Lihat hasil tindakanmu, leader-sshi."
"Sebentar lagi musim dingin dan penata busana tak akan membiarkanmu memakai baju tanpa kerah," Namjoon menimpali, dijilatnya pangkal leher Seokjin menuju tulang selangka, diikuti telapak tangan yang mengelus dada ke perut bawah. Mata meruncing sarat makna, menyukai betapa merdu rintihan sang kekasih yang perlahan beringsut gelisah.
"Namjoon-ah," tukas Seokjin gusar, sesuatu yang keras kembali menekan celah bokongnya, "Kita masih di ruang ganti."
Namun pria itu bersikap pura-pura tuli, juga memasang muka tak bersalah setelah berhasil merogoh kemasan kondom lain dari saku celana. Sudut bibir tersungging miring mendapati raut pias Seokjin di permukaan cermin.
"Jika penis silikon bisa membuatmu orgasme hingga dua kali dalam semalam—" Namjoon menggeram, "Bukankah itu berarti aku harus melampaui jumlahnya sebelum matahari terbenam?"
Kekeh buas bergema rendah dan Seokjin hanya balas menelan ludah.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfic[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...