21. A Darling's Objection

5.2K 614 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.


"Kenapa telat?"

".............banjir, Pak."

"Apa tak ada solusi lain untuk seminggu ke depan? Tinggal sementara di rumah teman atau pacar, misalnya? Jadwal liputan sedang padat-padatnya lho," seloroh Namjoon, masih melipat tangan di pintu utama, tak peduli karyawan-karyawan lain melewati keduanya usai membungkuk memberi salam. Mata mencermati kondisi anak buahnya dari bawah ke atas, celana kuyup total sementara jas kerja dan kemejanya basah sebagian, beruntung tas perlengkapan tampak terbungkus plastik pelindung. Gemericik hujan lolos dari tepi teras tempat mereka bernaung, ditemani riuh sapaan bercampur keluhan di kiri-kanan.

"Sandeul dan Heeyeon sudah menunggu kamu sejak pagi dan kamu baru tiba jam....." pria itu melirik arloji, "Sembilan. Sembilan lebih dua menit, lebih tepatnya. Luar biasa."

Seokjin, setengah mendesis akibat kedinginan, hanya sanggup bergumam pelan, "Maaf, Pak."

"Kata maaf tidak bisa mengganti waktu yang terbuang karena keterlambatan," geleng Namjoon lagi, menolak pembelaan, "Mujur Jihyo ada di sini dan bersedia ikut dua rekanmu ke Incheon. Kalau tidak, kita bisa kehilangan berita penting. Atau kamu lupa kalau Perdana Menteri Inggris sedang berkunjung ke Korea?"

".......maaf."

"Profesionalitas, Kim Seokjin."

"Maaf, Pak, sungguh," ucap Seokjin, membungkuk dalam-dalam. Tali tasnya dicengkeram erat-erat, "Saya sudah berusaha bangun lebih awal dan berangkat sekitar pukul setengah empat, tapi jalanan dekat perbatasan sedang sangat berantakan dan terendam sebetis akibat kejadian semalam. Kalau tahu akan ada badai selang dua hari dari topan Senin lalu, pasti saya sudah minta tolong Sandeul agar diperbolehkan menumpang tidur sampai akhir pekan," akunya, mengusap sisa air hujan yang menetes-netes dari rambut ke muka. Mimiknya gugup bercampur sesal.

Hendak menyanggah, kening Namjoon tertekuk curiga mendengar kalimat pertengahan, "Setengah empat? Memangnya jarak apartemenmu ke NTV sejauh itu?"

"Saya menginap di Daejeon seminggu ini, Pak. Jadi harus naik taksi pagi-pagi supaya datang tepat waktu, kuatir ada halangan. Stasiunnya jauh dan mayoritas bus punya rute memutar ke sekolah-sekolah, kurang efektif untuk transportasi dari luar kota."

Dagu Namjoon terangkat menyidak, "Ada urusan apa di Daejeon?"

"Ibu saya meninggal, Pak."

Lipatan tangan pria itu sontak merenggang diiringi kerjap terkejut detik berikutnya. Diperhatikannya bagaimana Seokjin menundukkan kepala sambil meremas jari dengan jakun bergerak gelisah, seolah bersiap mendengar kemungkinan terburuk. Younghoon dari divisi tim kreatif harus terkena skorsing lebih dari sebulan dan pemotongan gaji setelah terbukti pulang ke Anyang tanpa ijin selama empat hari. Sungwoon yang lebih senior juga dipecat di tempat gara-gara nekat bepergian saat musim pemilihan Presiden. Meski beralasan bulan madu, segenap beban pekerjaan yang dilimpahkan begitu saja pada timnya jelas bukan hal terpuji. Bukan berlaku kejam apalagi semena-mena, hanya resiko sesuai peraturan yang telah dikemukakan. Seokjin mengerti bahwa atasannya adalah manusia paling disiplin seantero perusahaan, tidak akan ada ampun untuk tindakan absen demi kepentingan pribadi.

SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang