.
.
.
"Bukankah semua rekan divisimu sedang makan siang?" Seokjin berbisik di telinga Namjoon, bisik sensual yang sangat jauh dari kata formal. Tangan kanannya sudah sibuk membelai bagian intim di antara paha Namjoon dan mengelus perlahan. Ujung jari menekan bagian tersebut diiringi senandung penuh makna, lantas sengaja menggoda dengan melepas ikat pinggang Namjoon dan melemparnya mengenai jendela. Kaki berpindah mencari pijakan, cukup senang ketika mendengar satu geraman rendah terlontar dari lelaki kesayangan.
"Benar, Tuan Direkt—"
Satu remasan di tonjolan pahanya membuat Namjoon spontan bersiaga, pun buru-buru memperbaiki panggilan yang hanya bisa diucapkan saat mereka tengah berdua.
"S, Seokjinnie."
Senyum nakal bercampur puas di bibir Seokjin membuat Namjoon kembali kehilangan kemampuan berkata. Tak ada yang bisa dilakukan selain menurut pada sang atasan yang mendadak menghampiri di sela jam istirahat. Membuka pintu ruang kepala bagian dan menguncinya dari dalam ketika Namjoon hendak bertanya ada apa gerangan. Aura gelap penuh napsu yang menyelimuti pria tersebut sekejap menyihir Namjoon hingga gagal bergerak dari kursi, pun hanya bisa menurut kala yang bersangkutan mendorong kursinya bergeser memakai ujung sepatu, sebelum duduk di atas meja dengan membawa kotak kue di tangan lainnya.
"Sebentar lagi masuk jam kerja, dan aku tak yakin—"
"Perusahaan ini milikku," sambar Seokjin sembari melirik intimidatif, tak suka ditegur saat sedang asyik melakukan kegiatan favorit, "You should sit still, being good boy and I will take care of this big baby."
Bola mata Namjoon turun ke arah big baby yang dimaksud, dan menemukan jari Seokjin yang meraba lebih intens di sekujur resleting yang tak lagi tertutup. Kait celananya dilepas oleh satu gerakan singkat, menyambut telapak tangan yang menarik celana dalam dan menampakkan kejantanan Namjoon yang tegang berurat.
"Mmm, lihatlah dirimu, tampan," puji Seokjin, mengitari ujung penisnya memakai telunjuk lentik serta kuku yang cantik, "Selalu tebal dan besar, aku jadi semakin lapar."
Namjoon mengerti atasannya tak akan bercanda bila tempo suaranya menukik ke oktaf terendah, toh bukan satu-dua kali mereka melakukan hal intim di jam kerja maupun saat menunggu jadwal rapat tiba. Direkturnya enggan peduli tempat maupun waktu. Seokjin bahkan pernah menyeret Namjoon ke jok belakang dan minta disetubuhi di parkir tunggu, hanya karena tersulut gairah melihat lelaki itu melipat lengan kemeja sebatas siku.
Lamunannya buyar oleh ciuman yang menyerang tiba-tiba, memagut Namjoon yang reflek menyelipkan lidah. Memberi ciuman basah pada pria yang kini menggeliat melepas jas dan membuangnya ke lantai. Tangan Namjoon beringsut memegangi sisi tubuh Seokjin yang membalas ciuman sambil menanggalkan ikat pinggangnya sendiri. Bibir bawah dikulum sejenak dan pria itu memisahkan tautan mereka beriring seringai jumawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fiksi Penggemar[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...