.
.
"BERHENTI!!!"
Namjoon mengerenyit, kantong pistolnya dicengkeram erat sambil kakinya berderap menapaki jalanan, cepat. Telunjuknya menuding memastikan, "Diam di sana!!"
Sosok itu spontan berbalik dan Namjoon bisa merasakan dadanya berdegup sekilas. Laki-laki, batinnya, laki-laki yang sangat cantik. Berkulit putih, kontras dengan rambut cokelat gelap yang berantakan dan mantel kusut yang tampak disampirkan asal. Merutuk, Namjoon buru-buru mengingatkan diri sendiri bahwa wajah menawan hampir selalu berhubungan dengan kejahatan, seperti yang ditontonnya dalam serial televisi kemarin malam.
Jangan pernah percaya pada mereka, batin Namjoon.
Diteruskannya langkah menghampiri sosok tersebut sambil menegur tegas, "Sedang apa kau? Tengah malam begini berkeliaran di depan asrama khusus mahasiswi? Mencurigakan, ikut kami ke kantor!!"
"Kami?" yang bersangkutan balas bertanya, "Bukannya kau sendirian?"
Namjoon menoleh dan berjengit karena rekannya yang sempat mengejar di belakang tak terlihat di manapun. Bahkan bayangannya pun tidak.
Taehyung brengsek! Kemana dia?
Mencoba bersikap tak acuh, Namjoon mengeluarkan borgol dari kantong kanan, lantas berusaha menarik paksa lengan sosok tersebut. Dikaitnya borgol di satu pergelangan, lantas mengaitkan satu lubang lagi di pergelangannya sendiri sambil mengangguk puas. Dengan begini, lelaki mencurigakan itu tak akan mampu berbuat macam-macam, apalagi dijajari oleh seorang polisi berbadan besar seperti Namjoon di sebelahnya. Hah, coba saja.
Senyum bangganya perlahan memudar saat menyadari bahwa sepasang mata tengah menatap dengan tajam. Namjoon berkedik, nyaris.
"Aku baru saja dirampok."
"Jangan berkelit."
"Sungguh!!"
"Ah, pelaku tindak mesum sekarang banyak alasan."
Sosok itu melirik tak senang, nadanya perlahan meninggi saat berusaha menjelaskan, tapi Namjoon berlagak pura-pura tuli selagi menggiringnya pergi. Tak menyerah, lelaki tersebut terus saja mengoceh panjang lebar tentang segala hal. Mulai dari sikap polisi yang tidak sopan, tuduhan spontan yang sama sekali tak berdasar, tidak adanya surat perintah penangkapan, atau lingkaran borgol yang terlalu sempit. Sampai pada satu kalimat, langkah mereka terhenti dan mendadak telinga Namjoon menangkap sesuatu yang sangat familiar.
"Apa?"
"Ayahku—Kim Jisung, tidak akan membiarkanmu begitu saja, tuan polisi," ulangnya, sejenak menyeringai ketika melihat perubahan air muka Namjoon, "Aku penasaran akan seperti apa statusmu nanti jika dia tahu bahwa putra tunggalnya diperlakukan semena-mena."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfic[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...